Cerita Dewasa: Masa Indah Waktu Kuliah 2 - Hmmn…. aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk terdiam.Setelah beberapa lama, tangis Destia mereda, dia mulai membenahi bra dan pakaiannya, kemudian berkata
“Ayo kita pulang..” Dia mengatakan itu dengan muka marah.
Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas. Sepanjang perjalanan Destia hanya
terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Destia lebih besar. Di puncak pass, aku berhenti.
“Destia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan” ajakku ke Destia.
Tapi Destia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman.
“Destia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya…. Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang” kataku ke Destia.
Destia hanya terdiam.Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku tidak mau memaksa, takut Destia tambah marah. Aku memakan makananku sampai habis, aku lapar sekali.
“Destia… aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya” kataku.
Destia memandangku tajam.
“Maaf ya…” ulangku.
Destia menghela nafas, kemudian berkata kecil
“Iya aku maafin……”.
Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan berkata lagi. “Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya” kataku.
Destia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai memakan makanannya. Selesai makan dan minum, Destia terdiam lagi merenung.
Aku sungguh merasa tidak enak.
“Destia, ada masalah lagi ?” tanyaku.
Destia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata pelan.
“Andre, aku mau yang kayak tadi siang lagi….”Aku sungguh terkejut.
“Apa ???” tanyaku tercengang.
“Ya udah kalo gak mau” katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.
Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel yang ada didekat situ. Selama mendaftar untuk check in sampai kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat.
“Destia, sebenarnya aku sayang banget sama kamu” kataku di telinganya.
“Aku juga sayang kamu Andre” jawabnya lemah.
Aku mengecup bibirnya, Destia membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya.
“Hmnmm.. Hmmm..” lenguh Destia tertahan.
Aku mengangkat tubuh Destia dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di sofa, Destia terlentang dengan paha terbuka dan aku menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra, tapi Destia bertindak lebih. Destia membuka kausnya. Aku melepaskan kait branya saat Destia melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai. Aku murai meremas-remas payudara Destia sambil menciuminya hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. Destia cuma melenguh saat aku memainkan pentil payudaranya. Destia berusaha membuka kausku, aku bantu dia dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan telanjang. Aku menciumi Destia lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung dibagian atas tubuh. Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya.
“Agh,.. agh…. aghk…” lenguhnya merespon sedotanku.
Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu itu. Destia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku sekaDestian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut Destia marah lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm… dia tersenyum dengan keadaan bugil !Aku naik keatas untuk menciumnya lagi,
tapi ternyata Destia lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku.
“Yan buka dong, masa aku aja” katanya.
Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Saat aku kembali Destia terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka pahanya, dia malah tertawa.
“Mau apa ?” katanya menggoda.
“he..he..he..” tawaku.
tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri diantara kedua paha itu. Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku dipermukaan vaginanya.
“ehhh…ehh…” lenguh tertahan Destia pelan.
“Destia… aku masukin ya..” pintaku lembut.
Destia cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya.
“Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok” kataku menenangkan dia yang terlihat gugup.
“Pelan-pelan ya Yan..” katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku.
“aaaakh…” rintih Destia
“sakit yan”
Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam.
“sakiiiiitt…..” rintih Destia pelan.
Sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina Destia sempit sekali dan agak kering karena dia gugup. Akhirnya aku dorong kuat.
“AKHHHH…” teriak Destia.
“Sakit Yan….”.
bersambung....KLIK DISINI Selanjutnya
Baca Juga Cerita Dewasa: Masa Indah Waktu Kuliah: 1 - 2 - 3
“Ayo kita pulang..” Dia mengatakan itu dengan muka marah.
Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas. Sepanjang perjalanan Destia hanya
terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Destia lebih besar. Di puncak pass, aku berhenti.
“Destia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan” ajakku ke Destia.
Tapi Destia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman.
“Destia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya…. Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang” kataku ke Destia.
Destia hanya terdiam.Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku tidak mau memaksa, takut Destia tambah marah. Aku memakan makananku sampai habis, aku lapar sekali.
“Destia… aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya” kataku.
Destia memandangku tajam.
“Maaf ya…” ulangku.
Destia menghela nafas, kemudian berkata kecil
“Iya aku maafin……”.
Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan berkata lagi. “Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya” kataku.
Destia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai memakan makanannya. Selesai makan dan minum, Destia terdiam lagi merenung.
Aku sungguh merasa tidak enak.
“Destia, ada masalah lagi ?” tanyaku.
Destia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata pelan.
“Andre, aku mau yang kayak tadi siang lagi….”Aku sungguh terkejut.
“Apa ???” tanyaku tercengang.
“Ya udah kalo gak mau” katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.
Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel yang ada didekat situ. Selama mendaftar untuk check in sampai kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat.
“Destia, sebenarnya aku sayang banget sama kamu” kataku di telinganya.
“Aku juga sayang kamu Andre” jawabnya lemah.
Aku mengecup bibirnya, Destia membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya.
“Hmnmm.. Hmmm..” lenguh Destia tertahan.
Aku mengangkat tubuh Destia dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di sofa, Destia terlentang dengan paha terbuka dan aku menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra, tapi Destia bertindak lebih. Destia membuka kausnya. Aku melepaskan kait branya saat Destia melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai. Aku murai meremas-remas payudara Destia sambil menciuminya hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. Destia cuma melenguh saat aku memainkan pentil payudaranya. Destia berusaha membuka kausku, aku bantu dia dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan telanjang. Aku menciumi Destia lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung dibagian atas tubuh. Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya.
“Agh,.. agh…. aghk…” lenguhnya merespon sedotanku.
Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu itu. Destia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku sekaDestian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut Destia marah lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm… dia tersenyum dengan keadaan bugil !Aku naik keatas untuk menciumnya lagi,
tapi ternyata Destia lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku.
“Yan buka dong, masa aku aja” katanya.
Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Saat aku kembali Destia terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka pahanya, dia malah tertawa.
“Mau apa ?” katanya menggoda.
“he..he..he..” tawaku.
tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri diantara kedua paha itu. Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku dipermukaan vaginanya.
“ehhh…ehh…” lenguh tertahan Destia pelan.
“Destia… aku masukin ya..” pintaku lembut.
Destia cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya.
“Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok” kataku menenangkan dia yang terlihat gugup.
“Pelan-pelan ya Yan..” katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku.
“aaaakh…” rintih Destia
“sakit yan”
Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam.
“sakiiiiitt…..” rintih Destia pelan.
Sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina Destia sempit sekali dan agak kering karena dia gugup. Akhirnya aku dorong kuat.
“AKHHHH…” teriak Destia.
“Sakit Yan….”.
bersambung....KLIK DISINI Selanjutnya
Baca Juga Cerita Dewasa: Masa Indah Waktu Kuliah: 1 - 2 - 3
Post a Comment