Cerita Dewasa Bercinta Dengan Tanteku Yang Berjilbab - Selama ini aku punya seorang bibi. Namun karena dia masih muda, karena menjadi istri keempat dari pamanku, maka aku sering memanggilnya mbak Ummi. Umurnya 28 tahun. Mbak Ummi adalah seorang wanita yang taat beribadah dan alim. Jika keluar rumah, ia selalu memakai jilbab lebar dan jubah terusan.
Bahkan jika dirumah sedang menunggui warungnya, ia juga memakai jilbab lebar dan jubah untuk memudahkan saat ada pelanggan. Sudah lama aku mengagumi wajahnya yang cantik dan kulitnya yang putih. Wajah dan suaranya yang seakan sendu dan pasrah selalu membuat birahiku meninggi saat ada didekatnya. Apalagi dengan bibir indah dan hidung mancung.
Suatu saat, aku pernah main kerumahnya dan mendapati ia sedang mandi. Aku langusng mengintipnya dan melihat ia sedang mandi sambil bermasturbasi. Desahan2nya membuatku panas dingin. Apalagi sembari melihat tubuhnya yang putih montok tanpa sehelai benangpun. Namun entah mengapa, aku lebih terangsang jika melihat ia memakai jilbab dan jubah panjangnya. Sensasi yang terjadi seakan lebih erotis.
Suatu saat, paman ditugaskan ke bandung selama 2 minggu. Aku diminta untuk terkadang menjenguk Mbak Ummi, karena ia adalah istri kesayangan paman. Kesempatan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku tahu, paman adalah seorang pria yang gairah seksnya tinggi. Itu juga alasan ia mampu melayani keempat istrinya. Maka, pastilah mbak Ummi yang sudah ditinggal 1 minggu dan tidak merasakan belaian suaminya, merasa rindu pada belaian laki2. Biarlah aku yang melayaninya. Huheuhueheuheuh…
Sampai dirumahnya, aku menemukan ruang depan kosong. Siang2 begini pasti mbak Ummi menunggu warungnya di ruangan kecil dibelakang warung. Ruangan itu berisi ranjang yang biasa digunakan untuk berbaring jika menunggu warung. Mungkin Mbak Ummi sedang tidur disana. Aku berjingkat agar langkahku tak kkedengaran,.
Sampai di ruangan itu, kbenar ulihat Mbak Ummi tidur. Posisi tidur Mbak Ummi telentang dan Mbak Ummi hanya memakai jubah merah muda yang tipis dan jilbab berbahan kaus yang tersingkap. jubahnya sudah terangkat sampai di pangkal pahanya, sehingga agak terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan Mbak Ummi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan. Buah dada Mbak Ummi yang montok dan padat itu terlihat samar-samar di balik jubah coklat susunya yang tipis, naik turun dengan teratur. Jilbabnya yang tersingkap tak mampu menutupinya.
Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada Mbak Ummi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang kecil nampak jelas. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati menarik jubah mbak Ummi semakin keatas, sehingga Cdnya semakin jelas terlihat. Kemudian tanganku kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan Mbak Ummi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD. Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan wanita alim yang montok itu dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.
Terlihat Mbak Ummi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin wanita berjilbab ini mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut Mbak Ummi terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD Mbak Ummi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya Mbak Ummi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.
Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Kontolku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa. Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris Mbak Ummiku tempat paling suka dicumbui, karena aku sering mengintip saat paman dan mbak Ummi nge-seks. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah memeknya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini Mbak Ummi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur wanita alim yang montok ini.
Sekarang kemaluan Mbak Ummi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Perlahan-lahan kedua kaki Mbak Ummi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya yang montok dan putih terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas Mbak Ummi. Kedua lututku melebar di samping pinggul Mbak Ummi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul Mbak Ummi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan Mbak Ummi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanita berjilbab montok ini.
Tangan kiriku memegang batang kontolku. Perlahan-lahan kepala kontolku kuletakkan pada belahan Bibir kemaluan Mbak Ummi yang telah basah itu. Kepala kontolku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada Bibir kemaluan Mbak Ummi. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Mbak Ummi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah Bibir kemaluan Mbak Ummi.
Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara Bibir kemaluan Mbak Ummi. Dari mulut Mbak Ummi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum Mbak Ummi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan Mbak Ummi dengan menempatkan posisi kontolku di dalam lubang memek wanita berjilbab yang menggairahkan ini. Sebab itu segera kupastikan letak kontolku agar tegak lurus pada kemaluan Mbak Ummi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing kontolku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala kontolku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi.
Kelihatan sejenak kedua paha Mbak Ummi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan kontolku ke dalam lubang kemaluanku. Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang kontolku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut Mbak Ummi agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi kontolku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi dengan cepat.
Badan wanita berjilbab itu tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku. “Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas. Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan Mbak Ummi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat kontolku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.
Meskipun Mbak Ummi meronta-ronta, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan Mbak Ummi dengan kedua kaki Mbak Ummi yang meronta-ronta itu, kontolku yang telah terbenam di dalam memek Mbak Ummi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam memek wanita alim yang montok ini. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.
Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan Mbak Ummi, kepalaku kuletakkan di samping kepala Mbak Ummi sambil berbisik kekuping Mbak Ummi. “Mbaak.., mbaak.., ini aku Eric. Tenang mbaak.., sshheett.., shhett..!” bisikku.
Bibiku yang alim namun montok ini masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut Mbak Ummi, aku menjilat-jilat kuping Mbak Ummi dari luar jilbab kausnya dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.
Perlahan-lahan badan Mbak Ummi yang tadinya tegang mulai melemah. Kubisikan lagi ke kuping Mbak Ummi, “Mbaak.., tanganku akan kulepaskan dari mulut Mbak Ummi, asal Mbak Ummi janji jangan berteriak yaa..?” Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut Mbak Ummi. Kemudian Mbak Ummi berkata, “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Mbak Ummi..!” Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada Mbak Ummi yang masih tertutup jubah tipis, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras. Jilbabnya yang tersibak semakin membuat wajahnya nampak semakin menggairahkan.
Rupanya meskipun wajah Mbak Ummi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan Mbak Ummi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi. Akhirnya dari mulut wanita alim berjilbab itu terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!” Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up. Dibawahku terlihat seorang wanita yang alim dan berjilbab, sudah tersingkap jilbabnya dan semakin bergairah kusodok-sodok dengan kontol besarku.
Dalam posisi ini, kontolku menghujam kemaluan Mbak Ummi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi. Kepalaku tepat berada di atas kepala Mbak Ummi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata Mbak Ummi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa Mbak Ummi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut kontolku dari dalam kemaluan Mbak Ummi, aku berbaring setengah tidur di samping Mbak Ummi. Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada Mbak Ummi terutama pada bagian putingnya, dari balik jubahnya.
“Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada tantemu..!” katanya. Sebelum menjawab aku menarik badan Mbak Ummi menghadapku dan memeluk badan montoknya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibirnya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang wanita alim itu menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.
Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu. Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Mbaak.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Mbak Ummi, Mbak Ummi sangat cantik lagi ayu..!” Sambil berkata itu kucium lagi Bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Mbak Ummi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Mbak Ummi adalah milikku, jadi Mbak Ummi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Mbak Ummi seutuhnya.” Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.
Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan agar ia semakin pasrah kuajak ngeseks, karena sudah berhasil dengan beberapa orang cewek lainnya. Rupanya Mbak Ummi akhirnya takluk, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.
Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping Mbak Ummi, sehingga Mbak Ummi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu. “Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Mbak Ummi merasa sangat penuh dalam badan Mbak Ummi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman. Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke pangkal lehernya yang tidak tertutup jilbab, sembari perlahan kubuka kancing jubahnya sampai perut.
Woooooow!!! Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Sepasang buah dada yang putih dan sangat montok. Putingnya yang merah sudah mengeras. Segera mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.
Sementara aksiku sedang berlangsung, badan tanteku yang selalu berjilbab dan berjubah lebar ini menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, Mbak Ummi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.
Pada bagian kemaluan Mbak Ummi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua Bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang memeknya. Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan wanita montok berjilbab itu bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat. Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”
Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala Mbak Ummi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala Mbak Ummi. Rupanya Mbak Ummi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan Mbak Ummi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala kontol menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat. Ketika ujung lidah Mbak Ummi mulai bermain-main di seputar kepala kontolku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku. Membayangkan seorang wanita berjilbab mengulum, menyepong kontol besarku dengan penuh nafsu, aku semakin bernafsu
Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain. Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping Mbak Ummi. Kemudian sambil telentang aku menarik Mbak Ummi ke atasku, sehingga sekarang wanita berjilbab itu tidur tertelungkup pasrah di atasku. Badan Mbak Ummi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kembali kusibakkan keatas jubahnya. kedua paha Mbak Ummi kupentangkan. Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa kontolku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua Bibir kemaluan Mbak Ummi.
Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat Mbak Ummi yang tak kalah montok dengan buah dadanya, dan sentakan ke atas pantatku, maka kontolku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi. Amblas semua batangku. “Aaaauuugghh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan yang terdengar jalang keluar dari mulut wanita alim yang montok itu. Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa Mbak Ummi sudah mau klimaks. Mbak Ummi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik dibalut jilbab yang memberikan sensasi sendiri untukku. matanya setengah terpejam, sedang kedua buah dadanya yang montok sekali itu bergoyang-goyang liar di atasku.
Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul Mbak Ummi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang kontolku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika tanteku yang berjilbab itu bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam kontolku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang memek Mbak Ummi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.
Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya Mbak Ummi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut Mbak Ummi terlihat senyuman puas. “Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Mbak Ummi kepuasan sejati..!”
Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain. Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan Mbak Ummi yang mungil itu dan kedua tangan Mbak Ummi menggelantung pada leherku, kedua kaki Mbak Ummi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat Mbak Ummi dan menekan, kontolku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi
“Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan liar wanita yang biasanya alim itu, sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas. Dalam posisi ini, dimana berat badan Mbak Ummi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh kontolku, maka dengan cepat Mbak Ummi mencapai klimaks. “Aaduhh.. Riic.. Mbaak…Ummiiii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, Mbak Ummi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.
Dengan kontolku masih berada di dalam lubang kemaluan Mbak Ummi, aku terus membopongnya. Aku membawa Mbak Ummi ke tempat tidur. Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot Mbak Ummi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan Mbak Ummi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.
Semalaman itu kami masih melakukan persetubuhan beberapa kali, dan baru berhenti kecapaian menjelang fajar. Sejak saat itu, selanjutnya seminggu minimum 4 kali kami secara sembunyi-sembunyi bersetubuh, dan tanteku yang berjilbab itu selalu ketagihan kontol besarku.
Bahkan jika dirumah sedang menunggui warungnya, ia juga memakai jilbab lebar dan jubah untuk memudahkan saat ada pelanggan. Sudah lama aku mengagumi wajahnya yang cantik dan kulitnya yang putih. Wajah dan suaranya yang seakan sendu dan pasrah selalu membuat birahiku meninggi saat ada didekatnya. Apalagi dengan bibir indah dan hidung mancung.
Suatu saat, aku pernah main kerumahnya dan mendapati ia sedang mandi. Aku langusng mengintipnya dan melihat ia sedang mandi sambil bermasturbasi. Desahan2nya membuatku panas dingin. Apalagi sembari melihat tubuhnya yang putih montok tanpa sehelai benangpun. Namun entah mengapa, aku lebih terangsang jika melihat ia memakai jilbab dan jubah panjangnya. Sensasi yang terjadi seakan lebih erotis.
Suatu saat, paman ditugaskan ke bandung selama 2 minggu. Aku diminta untuk terkadang menjenguk Mbak Ummi, karena ia adalah istri kesayangan paman. Kesempatan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan. Aku tahu, paman adalah seorang pria yang gairah seksnya tinggi. Itu juga alasan ia mampu melayani keempat istrinya. Maka, pastilah mbak Ummi yang sudah ditinggal 1 minggu dan tidak merasakan belaian suaminya, merasa rindu pada belaian laki2. Biarlah aku yang melayaninya. Huheuhueheuheuh…
Sampai dirumahnya, aku menemukan ruang depan kosong. Siang2 begini pasti mbak Ummi menunggu warungnya di ruangan kecil dibelakang warung. Ruangan itu berisi ranjang yang biasa digunakan untuk berbaring jika menunggu warung. Mungkin Mbak Ummi sedang tidur disana. Aku berjingkat agar langkahku tak kkedengaran,.
Sampai di ruangan itu, kbenar ulihat Mbak Ummi tidur. Posisi tidur Mbak Ummi telentang dan Mbak Ummi hanya memakai jubah merah muda yang tipis dan jilbab berbahan kaus yang tersingkap. jubahnya sudah terangkat sampai di pangkal pahanya, sehingga agak terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan Mbak Ummi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan. Buah dada Mbak Ummi yang montok dan padat itu terlihat samar-samar di balik jubah coklat susunya yang tipis, naik turun dengan teratur. Jilbabnya yang tersingkap tak mampu menutupinya.
Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada Mbak Ummi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang kecil nampak jelas. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati menarik jubah mbak Ummi semakin keatas, sehingga Cdnya semakin jelas terlihat. Kemudian tanganku kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan Mbak Ummi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD. Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan wanita alim yang montok itu dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.
Terlihat Mbak Ummi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin wanita berjilbab ini mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut Mbak Ummi terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD Mbak Ummi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya Mbak Ummi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.
Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Kontolku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa. Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris Mbak Ummiku tempat paling suka dicumbui, karena aku sering mengintip saat paman dan mbak Ummi nge-seks. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah memeknya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini Mbak Ummi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur wanita alim yang montok ini.
Sekarang kemaluan Mbak Ummi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Perlahan-lahan kedua kaki Mbak Ummi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya yang montok dan putih terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas Mbak Ummi. Kedua lututku melebar di samping pinggul Mbak Ummi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul Mbak Ummi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan Mbak Ummi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas wanita berjilbab montok ini.
Tangan kiriku memegang batang kontolku. Perlahan-lahan kepala kontolku kuletakkan pada belahan Bibir kemaluan Mbak Ummi yang telah basah itu. Kepala kontolku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada Bibir kemaluan Mbak Ummi. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut Mbak Ummi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah Bibir kemaluan Mbak Ummi.
Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara Bibir kemaluan Mbak Ummi. Dari mulut Mbak Ummi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum Mbak Ummi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan Mbak Ummi dengan menempatkan posisi kontolku di dalam lubang memek wanita berjilbab yang menggairahkan ini. Sebab itu segera kupastikan letak kontolku agar tegak lurus pada kemaluan Mbak Ummi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing kontolku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala kontolku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi.
Kelihatan sejenak kedua paha Mbak Ummi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan kontolku ke dalam lubang kemaluanku. Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang kontolku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut Mbak Ummi agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi kontolku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi dengan cepat.
Badan wanita berjilbab itu tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku. “Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas. Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan Mbak Ummi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat kontolku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.
Meskipun Mbak Ummi meronta-ronta, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan Mbak Ummi dengan kedua kaki Mbak Ummi yang meronta-ronta itu, kontolku yang telah terbenam di dalam memek Mbak Ummi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam memek wanita alim yang montok ini. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.
Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan Mbak Ummi, kepalaku kuletakkan di samping kepala Mbak Ummi sambil berbisik kekuping Mbak Ummi. “Mbaak.., mbaak.., ini aku Eric. Tenang mbaak.., sshheett.., shhett..!” bisikku.
Bibiku yang alim namun montok ini masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut Mbak Ummi, aku menjilat-jilat kuping Mbak Ummi dari luar jilbab kausnya dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.
Perlahan-lahan badan Mbak Ummi yang tadinya tegang mulai melemah. Kubisikan lagi ke kuping Mbak Ummi, “Mbaak.., tanganku akan kulepaskan dari mulut Mbak Ummi, asal Mbak Ummi janji jangan berteriak yaa..?” Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut Mbak Ummi. Kemudian Mbak Ummi berkata, “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Mbak Ummi..!” Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada Mbak Ummi yang masih tertutup jubah tipis, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras. Jilbabnya yang tersibak semakin membuat wajahnya nampak semakin menggairahkan.
Rupanya meskipun wajah Mbak Ummi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan Mbak Ummi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi. Akhirnya dari mulut wanita alim berjilbab itu terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!” Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up. Dibawahku terlihat seorang wanita yang alim dan berjilbab, sudah tersingkap jilbabnya dan semakin bergairah kusodok-sodok dengan kontol besarku.
Dalam posisi ini, kontolku menghujam kemaluan Mbak Ummi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi. Kepalaku tepat berada di atas kepala Mbak Ummi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata Mbak Ummi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa Mbak Ummi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut kontolku dari dalam kemaluan Mbak Ummi, aku berbaring setengah tidur di samping Mbak Ummi. Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada Mbak Ummi terutama pada bagian putingnya, dari balik jubahnya.
“Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada tantemu..!” katanya. Sebelum menjawab aku menarik badan Mbak Ummi menghadapku dan memeluk badan montoknya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibirnya, dan dengan gemas kulumat habis. Woowww..! Sekarang wanita alim itu menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.
Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu. Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Mbaak.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Mbak Ummi, Mbak Ummi sangat cantik lagi ayu..!” Sambil berkata itu kucium lagi Bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Mbak Ummi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Mbak Ummi adalah milikku, jadi Mbak Ummi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Mbak Ummi seutuhnya.” Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.
Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan agar ia semakin pasrah kuajak ngeseks, karena sudah berhasil dengan beberapa orang cewek lainnya. Rupanya Mbak Ummi akhirnya takluk, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.
Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping Mbak Ummi, sehingga Mbak Ummi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu. “Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Mbak Ummi merasa sangat penuh dalam badan Mbak Ummi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman. Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke pangkal lehernya yang tidak tertutup jilbab, sembari perlahan kubuka kancing jubahnya sampai perut.
Woooooow!!! Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Sepasang buah dada yang putih dan sangat montok. Putingnya yang merah sudah mengeras. Segera mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.
Sementara aksiku sedang berlangsung, badan tanteku yang selalu berjilbab dan berjubah lebar ini menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, Mbak Ummi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.
Pada bagian kemaluan Mbak Ummi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua Bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang memeknya. Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan wanita montok berjilbab itu bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat. Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”
Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala Mbak Ummi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala Mbak Ummi. Rupanya Mbak Ummi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan Mbak Ummi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala kontol menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat. Ketika ujung lidah Mbak Ummi mulai bermain-main di seputar kepala kontolku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku. Membayangkan seorang wanita berjilbab mengulum, menyepong kontol besarku dengan penuh nafsu, aku semakin bernafsu
Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain. Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping Mbak Ummi. Kemudian sambil telentang aku menarik Mbak Ummi ke atasku, sehingga sekarang wanita berjilbab itu tidur tertelungkup pasrah di atasku. Badan Mbak Ummi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kembali kusibakkan keatas jubahnya. kedua paha Mbak Ummi kupentangkan. Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa kontolku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua Bibir kemaluan Mbak Ummi.
Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat Mbak Ummi yang tak kalah montok dengan buah dadanya, dan sentakan ke atas pantatku, maka kontolku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi. Amblas semua batangku. “Aaaauuugghh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan yang terdengar jalang keluar dari mulut wanita alim yang montok itu. Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa Mbak Ummi sudah mau klimaks. Mbak Ummi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik dibalut jilbab yang memberikan sensasi sendiri untukku. matanya setengah terpejam, sedang kedua buah dadanya yang montok sekali itu bergoyang-goyang liar di atasku.
Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul Mbak Ummi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang kontolku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika tanteku yang berjilbab itu bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam kontolku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang memek Mbak Ummi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.
Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya Mbak Ummi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut Mbak Ummi terlihat senyuman puas. “Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Mbak Ummi kepuasan sejati..!”
Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain. Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan Mbak Ummi yang mungil itu dan kedua tangan Mbak Ummi menggelantung pada leherku, kedua kaki Mbak Ummi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat Mbak Ummi dan menekan, kontolku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi
“Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan liar wanita yang biasanya alim itu, sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas. Dalam posisi ini, dimana berat badan Mbak Ummi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh kontolku, maka dengan cepat Mbak Ummi mencapai klimaks. “Aaduhh.. Riic.. Mbaak…Ummiiii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, Mbak Ummi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.
Dengan kontolku masih berada di dalam lubang kemaluan Mbak Ummi, aku terus membopongnya. Aku membawa Mbak Ummi ke tempat tidur. Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot Mbak Ummi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan Mbak Ummi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan Mbak Ummi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.
Semalaman itu kami masih melakukan persetubuhan beberapa kali, dan baru berhenti kecapaian menjelang fajar. Sejak saat itu, selanjutnya seminggu minimum 4 kali kami secara sembunyi-sembunyi bersetubuh, dan tanteku yang berjilbab itu selalu ketagihan kontol besarku.
+ komentar + 1 komentar
Post a Comment