Cerita Dewasa : Petualangan Cinta Hendra Menikmati Lagi Tubuh Bi Ina - Akupun terlambat bangun setelah semalaman bertempur dengan bi Ina, padahal hari ini aku ada meeting dengan clientku, kulihat bi Ina masih tidur dengan lelapnya di mulutnya tersungging senyuman, tubuhnya yang telanjang membuat gairahku bangkit kembali, ingin rasanya kontolku kembali meresakan jepitan memeknya bi Ina, tapi aku teringat aku harus cepat ketemu dengan clientku, akhirnya aku membatalkan niatku untuk mengganggu bi Ina, akupun segera bergegas menuju kamar mandi, kontolku yang sedang tegak berdiripun menjadi menciut saat terkena dinginnya air, selesai mandi akupun segera berpakaian dengan rapi, dan meninggalkan rumah mamangku menuju kantor clientku.
Sekitar jam 3 meeting dengan clientkupun selesai, hasil yang kuharapkanpun berhasil kuraih, perusahaanku berhasil mendapatkan proyek yang diinginkan, tidak percuma jauh-jauh kudatang ke Garut, setelah berpamitan dengan clientku, akupun meluncur kerumah mamangku itu, dengan pikiran yang dipenuhi oleh kegembiraan, karena berhasil mendapatkan proyek, dan dapat kesempatan lagi menikmati tubuh bi Ina yang montok serta memeknya yang sempit dan legit, kontolkupun mulai bangun membayangkan kemontokan tubuh bi Ina dan kelegitan memeknya, membayangkan itu semua ingin rasanya aku cepat sampai kerumah mamangku dan lengsung menerkam tubuh bi Ina dan membenamkan kontolku dalam-dalam di lubang senggamanya.
Waktu menunjukkan pukul 4 sore lewat sedikit saat mobilku memasuki pekarangan rumah mamangku, dengan segera kuparkirkan mobilku dan langsung bergegas menuju rumahh utama mamangku itu, tanpa memperhatikan keadaan sekitar, dan tanpa kusadari ada sebuah mobil yang terparkir agak kebelakang, hal itu luput dari perhatianku karena pikiranku adalah tubuh bi Ina yang montok dengan sepasang payudara yang ranum yang menantang untuk diremas-remas, dan lembah hitam yang mempunyai sumur yang sempit menantikan digali oleh kontolku.
Kulihat keadaan rumah sangat sepi dan lengang dan tubuh bi Inapun tidak terlihat, aku segera melangkah kedalam ruangan keluarga, di sanapun tidak terlihat tubuh montok bi Ina, tapi aku mendengar suara lenguhan dari dalam kamar mamangku, aku tersentak mendengar suara lenguhan itu karena suara tersebut adalah suara orang yang bersetubuh, dengan mengendap-ngendap akupun menghampiri kamar mamangku tersebut, dengan perlahan kain gorden yang menutupi kamar tersebut kusingkapkan sedikit dan aku sedikit terkejut karena kulihat mamangku sedang asyik memompa kontolnya keluar masuk di lubang senggama bi Ina, batinku mendengus kesal karena bakalan gagal dapat menikmati tubuh bi Ina hari ini, kain gordenpun kututup kembali.
Dengan perasaan campur aduk antara kesal melihat mamangku sedang mengentot bi Ina dan ingin merasakan lagi jepitan memek bi Ina, kembali kusingkapkan sedikit kain gorden kamar mamangku itu, terlihat mamangku sedang merasakan enaknya jepitan lubang senggama bi Ina, tapi setelah kuperhatikan lebih jelas lagi posisi tubuh bi Ina yang sedang digenjot oleh mamangku itu, kedua kaki bi Ina tampak rapat, aku heran dengan posisi kakinya tersebut, tapi kulihat mamangku melenguh keenakan, kulihat mamangku sangat semangat menggenjotkan kontolnya keluar masuk di lubang senggama istri mudanya, sementara bi Ina hanya mendesah-desah saja, tidak seperti kemarin sewaktu kuentot, bi Ina menjerit-jerit kenikmatan.
Mendengarkan lenguhan nikmat mamangku dan melihat aksinya menggenjotkan kontolnya keluar masuk lubang senggama bi Ina, kontolkupun semakin mengeras, kurasakan sakit karena kontolku terjepit oleh celanaku, kemudian kubuka ritsletingku dan kutongolkan jagoanku itu agar terlepas dari himpitan celana, sambil mataku tetap mengintip, tangan kananku mulai mengelus-elus jagoanku yang sudah sangat tegang sekali, kulihat mamangku semakin mempercepat genjotannya, lenguhan-lenguhan nikmatnya semakin kerap terdengar, matanya terpejam merasakan nikmat, sementara kulihat tubuh bi Ina bergoyang seirama dengan gerakan mamangku, nampaknya bi Ina hanya bertingkah pasif saja melayani mamangku, tidak seperti semalam bi Ina bergerak sangat aktif sekali.
Kontolku semakin banyak mengeluarkan cairan pre-cumnya, dan saat itu juga kudengar mamangku mengerang yang menandakan puncak kenikmatannya berhasil ia rengkuh, tak lama kemudian kulihat tubuh mamangku ambruk keatas tubuh bi Ina, dan kudengar suara nafas mamangku memburu, selang tak lama kulihat tubuh mamangku bergulir kesamping tubuh bi Ina, dan kudengar mamangku bertanya tentangku kepada bi Ina yang dijawab bi Ina bahwa diriku sudah pergi dari pagi sekali untuk meeting dengan client.
“Aku harus berangkat ke kampung lagi sore ini, karena urusannya belum tuntas semua, kalau Hendra pulang ke Jakarta besok, kamu ikut numpang saja sama dia, dia pasti juga akan mampir ke Bandung, nanti selesai urusanku di kampung, aku menyusul ke Bandung,” kata mamangku.
“Iyach, kang,”bi Ina mengiyakan permintaan suaminya
“Yach sudah aku mau mandi dulu, nanti kalau Hendra pulang bilang ke dia, mudah-mudahan aku masih bisa ketemu sama ponakanku itu,” kata mamangku sambil beranjak dari tempat tidurnya.
Aku segera beranjak dari depan kamar mamangku itu, dan cepat-cepat menyembunyikan diri di kamar sebelah, sambil mengintip dari balik gorden kamar tersebut, kulihat mamangku melangkah keluar dari kamarnya, akupun keluar dari persembunyianku dan menuju kekamar mamangku, saat kudengar pintu kamar mandi terkunci, akupun melangkah masuk kekamar mamangku, bi Ina terkejut melihat kehadiranku di kamarnya itu, apalagi melihat si otongku yang sudah berdiri dengan gagahnya tersembul keluar dari ristleting celanaku.
“Hendra……kamu gilaaaa…mamangmu ada di sini, dia sedang di kamar mandi, keluar kamu cepat, nanti ketahuan bisa berabe,” bi Ina berkata lirih
“hehehe… aku tahu mamang ada dirumah, dan aku juga sudah melihat aksinya dia tadi, enak Ina sayang dientot sama dia atau enakan dientot samaku,”jawabku sambil berjalan menghampiri bi Ina yang masih telanjang bulat dan telentang diatas tempat tidur.
“Hen…jangan…Hen…ooohhh…Hen…ada mamangmu…ooohh…kamu nakaaall…Hen,” bi Ina merintih sambil berusaha menolakku, saat kedua tanganku mulai meremas-remas kedua teteknya yang ranum.
“Gak..apa-apa…Ina sayang, aku sudah membayangkan tubuhmu di jalanan tadi, ditambah melihat aksi si mamang yang asyik menggenjot memekmu,”sahutku sambil menambah aksiku, tubuhnya kutarik kepinggir ranjang, kemudian kedua kakinya kubuka lebar-lebar sehingga lubang senggamanya terkuak siap untuk diterobos batang kontolku.
“Jangaaann…Hen…jangan..nanti mamangku keluar dari kamar mandi…kita pasti ketahuan…Hen…tolong Hen…jangannn…..”Bi Ina dengan suara lirih masih menolak tapi tidak dapat berbuat banya karena kakinya kujepit dengan ketiakku, sementara tangan kananku mulai mengarahkan kepala kontolku kelubang memeknya, dan tangan kiriku meremas-remas payudara sebelah kirinya.
Bi Ina hanya bisa mendesah lirih, batinnya bertempur antara ingin kembali merasakan lesakan kontolku yang besar dan menolak karena takut ketahuan oleh suaminya yang sedang berada di kamar mandi, matanyapun terpejam meresapi remasan tanganku di payudaranya, dan merasakan kepala kontolku yang sudah mulai menyelinap di bibir vaginanya.
“Ooohhh… Hen…kamuuu…naakkaaall….oooohhh….Hen.,..cepaaaatt…m asukkiinnn… semua kontolmu yang besaaaarrr…itu….puassskkaaannn akuuu…oooohhh..cepat… sebelum mamangmu keluaaaarr….aaahhhhh….iyaaaa…..aaahhhh…tekaaannn…l ebiihh dalaaaamm…oouuughhh….aaaahhh….,”Bi Ina mulai merintih lirih dan mau menerima sergapanku.
Kontolku semakin melesak lebih dalam lagi di lubang senggamanya dan kemudian dengan sekali hentakan kuat kutekan kontolku itu sehingga terbenam dalam-dalam di lubang senggamanya, tubuh bi Inapun tersentak saat menerima sodokan keras itu, dan dengan sekuat tenaga diapun berusaha untuk tidak menjerit saat kontolku itu menerobos sekaligus, kulihat bi Ina menggigit bantal kuat-kuat sehingga yang terdengar hanya dengusannya saja.
“Ooouuggghhh…Ina sayang…memekmu memang legit…aaagghhh…sempit sekali… kontolku terjepit dengan ketatnyaaa…aaahhh…,”akupun melenguh lirih, sambil mulai mengeluar masukkan kontolku.
“hhhhnggggg,…..hhhmmmm…hhhnnngghhhh….hhhmmm….,”bi Ina merintih sambil mulutnya masih tersumpal oleh bantal yang sengaja ia gigit, agar suara jeritan keenakannya tidak terdengar oleh mamangku yang sedang di kamar mandi.
Karena dari tadi aku sudah sangat bernafsu ingin mengentot bi Inaku yang montok ini, akupun mulai mempercepat gerakan keluar masuk kontolku di memeknya, ada sensasi yang aneh yang baru pertama kali ini kurasakan saat menggenjot memek bi Ina, sensasi rasa takut akan ketahuan oleh mamangku dan sensasi enaknya memek bi Ina ini bercampur aduk, membuat sensasi kenikmatan tersendiri, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, kulihat bi Ina semakin kuat menggigit bantalnya sementara matanya hanya terlihat putihnya saja, nampaknya bi Ina juga menikmati persetubuhan kali ini, dan kurasa ia juga merasakan hal yang sama dengan ku, rasa nikmat dan rasa takut ketahuan.
Kurang lebih 5 menitan aku menggenjot kontolku dengan cepat, dan sekarang aku merasakan desakan kuat dikontolku, akupun hampir mencapai puncak kepuasanku, merasakan hal itu akupun semakin menambah ritme kecepatan kontolku keluar masuk dilubang senggama bi Ina, sementara itu kurasakan bi Ina juga mulai menggoyangkan pantatnya dengan cepat, nampaknya bi Inapun hampir mencapai puncak kenikmatannya.
“Ina sayaaaang…. Ooohhh…enaaaakkk… nikmaaatt….aakuu mau keluaarrr….kita keluarin barengan…yaaaahhhh….oooohhh…..ssshhhh…..,”aku mendesah lirih.
“hhhhhnnggggghhhhh…..hhhhnngggghhhhh….hhhhmmmmm…., ”bi Ina pun merintih lirih sambil mulutnya tetap menggigit bantal tapi kepalanya mengangguk setuju dengan ajakanku.
Sodokan-sodokankupun semakin bertambah cepat dan tidak beraturan, sementara itu goyangan pantat bi Inapun semakin tidak beraturan, tak lama berselang kami berdua mengejang hampir bersamaan dan kemaluan kami berduapun menyemprotkan lahar kenikmatannya, yang saling membasahi kemaluan kami masing-masing.
Creeettttt…..ssssrrrrrr….creeeetttt….sssssrrrrrr…. creeeetttt….sssrrrrrr…..creeeetttt….sssssrrrrrrr…. cccreeeeetttt…sssrrrrrr…
Aku merasakan hangat pada batang kemaluanku akibat semprotan lahar kenikmatan Bi Ina, sementara bi Ina merasakan hangat pada dinding vaginanya akibat spermaku. Saat tetes terakhir dari air maniku menyemprot keluar dari kontolku, akupun melenguh panjang, sambil membenamkan dalam-dalam kontolku di lubang memeknya bi Ina, sementara bi Inapun mengejang saat merasakan tetes-tetes lahar kenikmatanya menyemprot keluar dari lubang vaginanya.
Nafas kami berdua terdengar memburu, detak jantung kami berduapun seolah terdengar oleh telinga kami berdua, detak jantung yang baru saja mencapai puncak kenikmatan dan detak jantung yang takut ketahuan oleh mang Nanang yang sedang mandi.
Setelah tuntas dengan mengeluarkan cairan-cairan kenikmatan kami, akupun segera merapihkan diri, kontolkupun kumasukkan kembali kedalam sangkarnya, sementara bi Ina sendiri melap memeknya dengan selimut tipis, dan langsung mengenakan daster batiknya, tanpa mengenakan pakaian dalam sepotongpun.
“Hen…enaknya…nanti kalau mamangmu sudah pergi, kita lanjutkan lagi permainan kita, aku pengen lagi merasakan kontolmu menyodok-nyodok memekku, kita ngentot sampai pagi mumpung ada kesempatan,” goda bi Ina nakal sambil meremas kontolku yang sedang tidur di sangkarnya.
“hehehehe…siapa takut ngentot nyonya montok dan seksi, sampai pagi akan kulayani Inaku sayang,”akupun membalas godaan bi Ina sambil kedua tanganku meremas memek dan payudaranya.
“eeehhh….,”bi Inapun kaget atas balasan remasan tanganku.
“aku keluar dulu yach Ina sayang, aku mau pura-pura baru datang,”kataku
“Gih sana…bocah nakal,”jawab bi Ina sambil tersenyum.
Kira-kira lima menitan akupun pura-pura mengucapkan salam, seolah-olah baru datang dan bertepatan dengan mang Nanang yang baru keluar dari kamar mandi dan sedang berjalan kearah kamarnya.
“Eh..mang Nanang udah datang,”kataku pura-pura kaget.
“Hen…iyach..tapi mau pergi lagi, sebentar yach aku pakai baju dulu,”jawab Mang Nanang.
“Hen..kamu baru pulang, gimana meetingmu, kamu mau kopi?,”bi Ina bertanya padaku
“Iyah…Bi…meetingku sukses. Aku dapat proyek dari mereka, siapa mau nolak dengan kopi buatan Bi Ina,”jawabku sambil merubah panggilanku kepadanya.
“Iyah..Hen, kopi buatan bibimu itu memang nomer satu belum ada saingannya, aku juga buatkan satu, biar gak ngantuk,”teriak mang Nanang dari dalam kamar.
Kemudian kami berdua menuju ke ruangan makan yang juga ruangan dapur, sambil berjalan kuremas pantat bi Ina yang semok dan menantang, bi Ina hanya bisa melototkan matanya saja menanggapi perbuatanku, akupun lalu duduk di kursi makan, sementara bi Ina mulai membuat kopi untuk kami bertiga, saat ia menghidangkan kopi untukku, tangan bi Ina meremas kontolku yang masih tidur di sangkarnya, akupun menjerit lirih atas perbuatannya itu, sambil membisikkan kata di telingaku, bahwa itu adalah balasan yang tadi saat aku meremas pantatnya, saat aku ingin membalasnya, aku mendengar suara kain gorden yang dibuka, akupun mengurungkan niatku untuk membalasnya.
Kami betigapun akhirnya berbincang-bincang, mang Nanang menitipkan bi Ina kepadaku karena ia tahu aku pasti akan mampir ke Bandung dulu, dan nanti setelah urusannya selesai ia akan menjemput bi Ina di Bandung, akupun menyanggupinya, mang Nanang tidak tahu bahwa menitipkan bi Ina samaku sama dengan menitipkan daging ke mulut harimau.
Selepas magrib mang Nanangpun berpamitan hendak kembali ke kampung untuk menyelesaikan urusannya yang belum beres, dengan pura-pura berat hati Bi Ina melepas kepergiannya, padahal dalam hatinya bi Ina ingin agar suaminya lekas-lekas pergi agar dia dapat merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan keponakannya yang besar yang sudah beberapa kali memberinya kepuasan, akupun dengan terpaksa ikut berpura-pura juga dan tidak lupa mengatakan kepada mang Nanang agar selekasnya menyusul ke Bandung untuk menghadiri acara yang diadakan di rumah orangtuaku itu.
Hanya dalam hitungan detik saja setelah melihat mobil mang Nanang menghilang dari balik pintu pagar rumahnya, bi Ina melirik nakal padaku, setelah selesai menutup pintu dan menguncinya, bi Ina menyerangku dengan penuh nafsu, bibir kami berpagutan dengan penuh nafsu, lidah kami saling mencari, sambil mencumbu bibirku tangan bi Ina mulai aktif bergerak, dengan cepat seluruh pakaian yang menempel di tubuhku telah lepas sehingga aku menjadi telanjang bulat, akupun lalu membalas aksinya itu dengan melepaskan daster batiknya yang menempel di tubuh seksinya, sehingga tubuhnyapun menjadi telanjang bulat sama sepertiku.
Tangan bi Ina mulai menjamah kontolku dan mengelus-elus kontolku, perlahan tapi pasti kontolku yang sedang tidur mulai menggeliat, tanpa lama kontolkupun mulai berdiri dengan gagahnya, sementara bi Ina masih tetap meremas, mengelus kontolku yang sudah tegang, mulutnya masih mencumbu bibirku dengan penuh nafsu, akupun membalas tingkahnya, tangan kiriku mulai meremas payudaranya dan yang kanan meluncur turun kelubang kenikmatannya, dengan perlahan belahan bibir vaginanya mulai kuelus-elus, dan bibirku membalas pagutannya dengan penuh nafsu juga, suara desahan mulai terdengar dari mulut kami berdua bercampur dengan suara decakan bertukarnya ludah kami saat berciuman.
Percumbuan yang kami lakukan sekarang ini sangat berbeda dengan pergelutan yang kami lakukan tadi sore, kali ini kami melakukannya lebih santai tanpa harus merasa takut akan ketahuan, lidah kami saling bertautan, kadang-kadang didalam rongga mulutku dan kadang-kadang dirongga mulut Bi Ina, air ludah kami sudah saling bertukar, remasan dan elusan tangan kamipun semakin bertambah ritmenya, desahan-desahan suara kamipun semakin sering terdengar.
Jari jemari tangan kananku semakin lancar mengelus-elus memek bi Ina, karena memek bi Ina semakin basah, perlahan-lahan jari tengahku mulai menerobos masuk kedalam lubang kenikmatan bi Ina, bi Inapun mulai melenguh saat jariku mulai menyeruak masuk ke dalam memeknya, kemudian dengan perlahan-lahan telapak tanganku mulai kugerakkan, dan kupastikan telapak tanganku itu menggesek-gesek kelentit bi Ina, dan sudah pasti jari tengahku yang sedang dalam jepitan memek bi Inapun ikut bergerak keluar masuk seirama dengan gerakan telapak tanganku yang sedang menggesek kelentitnya.
Bi Inapun merintih-rintih keenakan akibat aksi tanganku itu, dan bibirnya masih sibuk melumat bibirku, tangannya semakin aktif mengocok kontolku, sehingga kontolku semakin sering mengeluarkan cairan pre-cum dan membasahi tangannya, akupun mendengus nikmat akibat permainan tangan bi Ina, kontolku semakin mengeras dan siap untuk mengobrak-abrik memeknya bi Ina.
Dengan perlahan bi Inapun maju selangkah demi selangkah mendesak tubuhku sehingga tubuhkupun mundur selangkah demi selangkah kearah sofa yang berada diruang depan rumah mamangku ini, sementara tangannya tidak mau melepaskan genggamannya dan kocokannya di kontolku, akupun melakukan hal yang sama, jari tanganku tidak dikeluarkan dari dalam lubang senggamanya dan gerakan telapak tanganku masih tetap dengan lembut menggesek-gesek kelentitnya.
Akhirnya tubuhku tidak dapat mundur lagi karena sudah terhalang oleh sofa sementara tubuh bi Ina masih maju, sehingga akupun jatuh terduduk di sofa, karena pegangannya pada kontolku cukup kuat, bi Inapun ikut jatuh menimpa tubuhku, bi Inapun mengerang akibat jatuhnya itu,
“Ooohhh… Hen…aku pengen dientot lagi oleh kontolmu ini,”erang bi Ina
“OK, Ina sayang, akan kupuaskan rasa dahagamu…”jawabku sambil tersenyum nakal
Kemudian bi Ina mengambil posisi jongkok diatas tubuhku, tepatnya diatas kontolku, dan iapun menarik tanganku sehingga jariku yang sedang asyik berendam di memeknya tertarik keluar, kontolku yang masih dalam genggaman tangannya mulai ia arahkan kekemaluannya yang sudah sangat basah, aku melenguh kegelian saat bi Ina mengoles-oleskan kepala kontolku ke bibir memeknya, kudengar iapun melenguh kegelian juga, dengan perlahan-lahan kepala kontolku diselipkan kedalam memeknya, Sleeepppp…
Setelah merasa tepat kontolku berada dalam jepitan memeknya, dengan tangan kiri bertumpu di pundakku dan tangan kanan yang masih menggenggam kontolku, perlahan-lahan bi Ina mulai menurunkan pantat semoknya itu, kontolku perlahan-lahan mulai menyeruak masuk kedalam lubang senggamanya, Bleeesssss….
“Aaahhhhh….kontolmu besaaarr…Hen….memekku masih dibuatnya penuh…ooohhhhh enaaaaaakkkk….,”bi Ina melenguh enak saat kontolku mulai terbenam kedalam lubang senggamanya.
“memek kamu juga enaaak…sempiitt…biarpun sudah pernah diterobos oleh kontolku..tapi tetap aja masih sempiitt..,”akupun melenguh merasakan ketatnya dinding vagina bi Ina menjepit kontolku.
Bleeessss…..bleeesssss….bleeessss…..dengan perlahan-lahan kontolku semakin menusuk lebih dalam lagi sehingga amblas seluruhnya didalam lubang senggamanya bi Ina, aku merasakan dinding vagina bi Ina berdenyut-denyut pelan, seolah sedang meremas-remas batang kontolku, sementara itu bi Inapun merasakan hal yang sama ia merasakan memeknya dibuat penuh sekali oleh kontolku, dan saat batang kontolku berdenyut, bi Inapun merasakannya pada dinding vaginanya.
Kedua tangan bi Inapun bertumpu pada pundakku, sementara itu pantatnya menempel pada pahaku, dengan perlahan-lahan bi Ina mulai menaik turunkan pantatnya, dan dengan otomatis kontolkupun timbul tenggelam di lubang memeknya, geseran yang kurasakan pada batang kontolku sungguh sangat ketat dan erat sekali, memek bi Ina menjepit kuat batang kontolku, biarpun sempit dan ketat memeknya menempel di batang kontolku tapi pergerakan keluar masuk kontolku itu cukup mudah karena memek bi Ina yang sudah sangat basah oleh cairan precumnya dan cairan precumku.
Dengan posisi seperti ini aku hanya dapat pasif karena aku tidak dapat menggerakkan pantatku, tapi pemandangan yang ada di hadapanku sungguh asyik, karena kedua payudara bi Ina terpampang dihadapanku dan sedang terombang-ambing, apalagi saat itu bi Ina sudah mulai menaikkan irama naik turunnya, kedua payudaranya ikut juga naik-turun seirama dengan naik turun tubuhnya, kedua tanganku langsung menyergap kedua payudara bi Ina yang sedang terombang-ambing itu, kuremas-remas kedua bukit kembar itu, sehingga membuat Bi Ina semakin merintih-rintih, gemas dengan suara rintihan Bi Ina yang semakin sering terdengar, mulutkupun mulai ikut beraksi, kedua puting susunya yang berwarna coklat, mulai kujilati dan kuhisap-hisap,
“Ooohhhh…Hen…geeeliii….Heenn…aaahhhh…sshhhh…aaahhh …terusss…hisaaappp.. tetekkku…ooohhh….Hen…enaaakk…nikmaaattt…ngentooooo tttt…kamu…ooohhh,”Bi Ina merintih keenakan.
Sssllrrrppp….ssslrrrpppp…ssslrrrpppp… suara hisapanku pada kedua susu Bi Ina, kuremas, kujilat, kuhisap dan kupilin-pilin kedua susu dan putingnya bergantian kiri dan kanan, membuat Bi Ina semakin menggila, gerakannya semakin bertambah cepat, kontolku semakin cepat keluar masuk memeknya, tak lama berselang Bi Ina mulai mengerang panjang, menandakan puncak kenikmatannya berhasil ia rengkuh,
“Heeeeennnnnn…..Oooohhhh….aaakuuuu…keluuaaaarrr….a aaaahhhhhh…kontolmuuuu enaaaaakkkk….besaaaaarrr…panjaaaang….memekkuuu…pen uh sesaaakkk…dijejaalii… kontolmuuuuu….ooohhh…Heennn….ooooohhh…ssshhhh….aaa aahhh,”Bi Ina mengerang keenakan menyambut puncak kenikmatannya.
Sssssrrrr……sssssrrrrrr….sssrrrrrrr….sssssrrrrrr….. lubang senggamanya menyemburkan lahar kenikmatannya membasahi kontolku yang sedang terbenam dalam-dalam, aku merasakan batang kontolku menjadi hangat akibat semburan cairan memek Bi Ina, dan kurasakan juga dinding vagina Bi Ina berdenyut dengan kuatnya saat menyemburkan lahar kenikmatannya itu.
Tubuh Bi Inapun ambruk diatas tubuhku, kudengar suara nafasnya memburu, lalu kuelus-elus punggung, pinggang dan bongkahan pantatnya sambil agak kuremas-remas, membuatnya melenguh lirih,
“ooohhh…Hen…enak sekali..aku puas dientot oleh kontolmu yang besar dan panjang itu, gila hari ini sudah 2 kali aku mencapai puncak kenikmatan bersenggama,”Bi Ina berkata lirih.
“hehehehe…Ina sayang, mau lagi,”tanyaku
“Hhhmmmm…aaaahhh….bentar..aku ambil nafas dulu,”jawabnya lirih masih dengan nafas yang agak memburu.
Kurasakan denyutan dinding vaginanya sudah mulai melemah, dengan menggendong Bi Ina dan tanpa melepaskan kontolku dari jepitan memeknya, akupun bangkit dari dudukku , kemudian tubuh Bi Ina kurebahkan diatas meja tamu yang terbuat dari marmer, kontolku masih tetap terjepit dengan eratnya oleh memek Bi Ina, lalu kutindih tubuh Bi Ina dan mulai kupompa kontolku keluar masuk memeknya dengan gerakan cepat, suara rintihan Bi Ina kembali terdengar, erangan-erangan nikmatnya kembali membahana diruangan tamu rumah mamangku ini.
“Oooohhh…Hen….kaamuu…aaaahhhh…enaaaakkk..enjot…ter usss…kontolmuuuuu…. yaaahhhh…terusss..hhhmmm…tekaaann.yang dalam…Heeeenn….ooohhh…ooohhhhh,” erang Bi Ina keenakan digenjot dengan gaya cepat olehku.
“Ouuughh…enaaak…Ina…sayaanngg…enaaakkk…kontolkuuu. .enaaakk…memekmuu jugaaaa…legiiittt…sempit…aaaahhhh…,”akupun mengerang merasakan enaknya jepitan memek Bi Ina yang sangat ketat di batang kontolku, walaupun memeknya sudah sangat-sangat basah sekali.
Suara kecipakan beradunya memek Bi Ina yang sudah basah dengan batang kontolku yang dengan gencarnya menyodok-nyodok, menambah hiruk pikuk suara di ruangan tamu ini, aku tidak perduli suara yang kami keluarkan akan terdengar oleh para pembantunya yang tinggal di rumah belakang ataupun oleh penj****ya yang berada di gerbang depan, yang kupikirkan adalah mengentot Bi Ina sampai puas, sampai pagi kalau bisa.
Kedua kaki Bi Inapun mengait dipinggangku, sementara kedua tanganku berada di samping kiri dan kanan kepala Bi Ina, kedua tanganku itu menjadi tumpuanku agar Bi Ina tidak terlalu berat ditindih oleh tubuhku, dan menjadi tumpuan saat aku menggenjot memek Bi Ina, sementara tangan Bi Ina memegangi pundakku saat memeknya semakin gencar kusodok-sodok.
“Oooohhhh…ssshhhh…aaahhhh….Heennn…enaakk…terusss…s odok…teruss..memekku nikmaaaattt….kontolmuuuuu…enaaaakkk…bessaaaarr..pa anjaaanng…yang dalaaaam .. tekaaaann…yang.dalam…sodoookkk…yaaang dalaaammm…oooohhh…Heenn…ooohhh ssshhh….aaaahhh…ssshhh..aaahhh…Heeenn….,”Bi Ina semakin mendesah keenakan menerima hajaran kontolku di lubang senggamanya.
“akkkuu…jugaaa…enaakk…Inaaa…saaayyaaang…ooohhhh… ngentot memekmu ini…. Ooohhhh…betul-betuuulll…enaaakk….,”Akupun mengerang keenakan.
Kurang lebih sudah 10 menitan kugenjot kontolku keluar masuk memek Bi Ina, dan aku sudah mulai merasa bahwa air maniku sudah mulai mengantri di batang kontolku siap untuk meledak, akupun semakin mempercepat kocokan kontolku, Bi Inapun semakin mengerang-erang keenakan, kulihat matanya kembali hanya terlihat putihnya saja, menandakan bahwa Bi Ina betul-betul sedang menikmati sodokan-sodokan kontolku, akupun semakin menambah cepat irama kocokanku.
“Ooougghhh…Inaaaa…..aaakuuu…maauuu keluaarr….ooohhh….akuuu…sudah tidak tahan lagiii….,”erangku.
“Iyaaaa…akuuuu….jugaaaa…mau keluaarr..lagiii…Heeennnnn….aaagghhhh… kontolmu memang enak daan perkaaaassaaa…..puaaasss akuu dibuatnyaaa…,”Bi Inapun mengerang.
Kontolku semakin bertambah cepat keluar masuk di lubang vagina Bi Ina yang sudah semakin banjir oleh cairan precum kami berdua, tak lama berselang dengan kekuatan penuh aku hentakkan kontolku dalam-dalam di lubang memeknya Bi Ina, sehingga membuat Bi Ina menjerit, dan,
Creeeettttt…..ccreeeeetttt….ssssrrrrr…ccreeetttt…s ssrrrrrr….creeettttt..sssrrrr…ccreeett.. sssssrrrrr…..sssrrrrr…. kontolku menembakkan air maninya hampir bersamaan dengan memeknya Bi Ina yang memuntahkan lahar kenikmatannya.
Kontolku berkedutan saat menembakkan air maninya, dan saat bersamaan kurasakan dinding vagina Bi Ina berdenyut sangat kuat saat memuntahkan lahar kenikmatannya, dan kurasakan hangat di batang kontolku, Bi Inapun merasakan hal yang sama yang dirasakan olehku, ia merasakan hangatnya spermaku yang menyirami lubang rahimnya, dan lubang vaginanya merasakan kedutan-kedutan batang kontolku saat mengeluarkan air mani.
“Ooouugghhhhh… Inaaaa…..enaaakkk….sekaallliii…meemekmuu….berdenyu t-denyuuut. Kontolku seperti diremaaass..remas…aagghhh….sedaaapnnyaa…enaaakknya aa…terima pejuhkuuuu….oooohhhh…Inaaa….ooohhh….,” erangku keenakan saat kontolku menyemprotkan air mani.
“Heeennnn…..aaaakkuuu…jugaaa…enaaakk…puaaaasss…die nttooott…kontolmu.. yang besaaaar..dan panjaaaang…pejuhmuuu hangaatt..kurasakaan….ooohhhh….kamu hebat. Heeennn….kamu sungguh perkaaassaaaa….aku betul-betul puaaass..aaahhh..sshhhh aaahhhhh…Hen…,”Bi Inapun mengerang kenikmatan.
Sambil masih merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami rengkuh, sambil tubuhku masih berada diatas tubuh Bi Ina, bibir Bi Ina kupagut dengan lembut dan mesra, sambil perlahan-lahan kutarik kontolku kemudian kudorong masuk lagi, lama-lama kontolku semakin menciut dan terlepas dengan sendirinya dari jepitan memek Bi Ina, akupun bangkit dari atas tubuh Bi Ina, dan duduk diatas sofa, Bi Inapun mengikutiku dan duduk disebelahku, nafas kami masih agak sedikit tersengal-sengal.
Setelah nafas kami kembali normal, kamipun bangkit dari sofa dan berbarengan berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah itu dengan tubuh yang masih tanpa busana kami berdua menikmati hidangan malam yang memang sudah tersedia dari tadi.
Pertempuran demi pertempuran kami lanjutkan kembali setelah kami selesai makan malam, kami lakukan sepanjang malam sampai kami kelelahan.
TAMAT
Sekitar jam 3 meeting dengan clientkupun selesai, hasil yang kuharapkanpun berhasil kuraih, perusahaanku berhasil mendapatkan proyek yang diinginkan, tidak percuma jauh-jauh kudatang ke Garut, setelah berpamitan dengan clientku, akupun meluncur kerumah mamangku itu, dengan pikiran yang dipenuhi oleh kegembiraan, karena berhasil mendapatkan proyek, dan dapat kesempatan lagi menikmati tubuh bi Ina yang montok serta memeknya yang sempit dan legit, kontolkupun mulai bangun membayangkan kemontokan tubuh bi Ina dan kelegitan memeknya, membayangkan itu semua ingin rasanya aku cepat sampai kerumah mamangku dan lengsung menerkam tubuh bi Ina dan membenamkan kontolku dalam-dalam di lubang senggamanya.
Waktu menunjukkan pukul 4 sore lewat sedikit saat mobilku memasuki pekarangan rumah mamangku, dengan segera kuparkirkan mobilku dan langsung bergegas menuju rumahh utama mamangku itu, tanpa memperhatikan keadaan sekitar, dan tanpa kusadari ada sebuah mobil yang terparkir agak kebelakang, hal itu luput dari perhatianku karena pikiranku adalah tubuh bi Ina yang montok dengan sepasang payudara yang ranum yang menantang untuk diremas-remas, dan lembah hitam yang mempunyai sumur yang sempit menantikan digali oleh kontolku.
Kulihat keadaan rumah sangat sepi dan lengang dan tubuh bi Inapun tidak terlihat, aku segera melangkah kedalam ruangan keluarga, di sanapun tidak terlihat tubuh montok bi Ina, tapi aku mendengar suara lenguhan dari dalam kamar mamangku, aku tersentak mendengar suara lenguhan itu karena suara tersebut adalah suara orang yang bersetubuh, dengan mengendap-ngendap akupun menghampiri kamar mamangku tersebut, dengan perlahan kain gorden yang menutupi kamar tersebut kusingkapkan sedikit dan aku sedikit terkejut karena kulihat mamangku sedang asyik memompa kontolnya keluar masuk di lubang senggama bi Ina, batinku mendengus kesal karena bakalan gagal dapat menikmati tubuh bi Ina hari ini, kain gordenpun kututup kembali.
Dengan perasaan campur aduk antara kesal melihat mamangku sedang mengentot bi Ina dan ingin merasakan lagi jepitan memek bi Ina, kembali kusingkapkan sedikit kain gorden kamar mamangku itu, terlihat mamangku sedang merasakan enaknya jepitan lubang senggama bi Ina, tapi setelah kuperhatikan lebih jelas lagi posisi tubuh bi Ina yang sedang digenjot oleh mamangku itu, kedua kaki bi Ina tampak rapat, aku heran dengan posisi kakinya tersebut, tapi kulihat mamangku melenguh keenakan, kulihat mamangku sangat semangat menggenjotkan kontolnya keluar masuk di lubang senggama istri mudanya, sementara bi Ina hanya mendesah-desah saja, tidak seperti kemarin sewaktu kuentot, bi Ina menjerit-jerit kenikmatan.
Mendengarkan lenguhan nikmat mamangku dan melihat aksinya menggenjotkan kontolnya keluar masuk lubang senggama bi Ina, kontolkupun semakin mengeras, kurasakan sakit karena kontolku terjepit oleh celanaku, kemudian kubuka ritsletingku dan kutongolkan jagoanku itu agar terlepas dari himpitan celana, sambil mataku tetap mengintip, tangan kananku mulai mengelus-elus jagoanku yang sudah sangat tegang sekali, kulihat mamangku semakin mempercepat genjotannya, lenguhan-lenguhan nikmatnya semakin kerap terdengar, matanya terpejam merasakan nikmat, sementara kulihat tubuh bi Ina bergoyang seirama dengan gerakan mamangku, nampaknya bi Ina hanya bertingkah pasif saja melayani mamangku, tidak seperti semalam bi Ina bergerak sangat aktif sekali.
Kontolku semakin banyak mengeluarkan cairan pre-cumnya, dan saat itu juga kudengar mamangku mengerang yang menandakan puncak kenikmatannya berhasil ia rengkuh, tak lama kemudian kulihat tubuh mamangku ambruk keatas tubuh bi Ina, dan kudengar suara nafas mamangku memburu, selang tak lama kulihat tubuh mamangku bergulir kesamping tubuh bi Ina, dan kudengar mamangku bertanya tentangku kepada bi Ina yang dijawab bi Ina bahwa diriku sudah pergi dari pagi sekali untuk meeting dengan client.
“Aku harus berangkat ke kampung lagi sore ini, karena urusannya belum tuntas semua, kalau Hendra pulang ke Jakarta besok, kamu ikut numpang saja sama dia, dia pasti juga akan mampir ke Bandung, nanti selesai urusanku di kampung, aku menyusul ke Bandung,” kata mamangku.
“Iyach, kang,”bi Ina mengiyakan permintaan suaminya
“Yach sudah aku mau mandi dulu, nanti kalau Hendra pulang bilang ke dia, mudah-mudahan aku masih bisa ketemu sama ponakanku itu,” kata mamangku sambil beranjak dari tempat tidurnya.
Aku segera beranjak dari depan kamar mamangku itu, dan cepat-cepat menyembunyikan diri di kamar sebelah, sambil mengintip dari balik gorden kamar tersebut, kulihat mamangku melangkah keluar dari kamarnya, akupun keluar dari persembunyianku dan menuju kekamar mamangku, saat kudengar pintu kamar mandi terkunci, akupun melangkah masuk kekamar mamangku, bi Ina terkejut melihat kehadiranku di kamarnya itu, apalagi melihat si otongku yang sudah berdiri dengan gagahnya tersembul keluar dari ristleting celanaku.
“Hendra……kamu gilaaaa…mamangmu ada di sini, dia sedang di kamar mandi, keluar kamu cepat, nanti ketahuan bisa berabe,” bi Ina berkata lirih
“hehehe… aku tahu mamang ada dirumah, dan aku juga sudah melihat aksinya dia tadi, enak Ina sayang dientot sama dia atau enakan dientot samaku,”jawabku sambil berjalan menghampiri bi Ina yang masih telanjang bulat dan telentang diatas tempat tidur.
“Hen…jangan…Hen…ooohhh…Hen…ada mamangmu…ooohh…kamu nakaaall…Hen,” bi Ina merintih sambil berusaha menolakku, saat kedua tanganku mulai meremas-remas kedua teteknya yang ranum.
“Gak..apa-apa…Ina sayang, aku sudah membayangkan tubuhmu di jalanan tadi, ditambah melihat aksi si mamang yang asyik menggenjot memekmu,”sahutku sambil menambah aksiku, tubuhnya kutarik kepinggir ranjang, kemudian kedua kakinya kubuka lebar-lebar sehingga lubang senggamanya terkuak siap untuk diterobos batang kontolku.
“Jangaaann…Hen…jangan..nanti mamangku keluar dari kamar mandi…kita pasti ketahuan…Hen…tolong Hen…jangannn…..”Bi Ina dengan suara lirih masih menolak tapi tidak dapat berbuat banya karena kakinya kujepit dengan ketiakku, sementara tangan kananku mulai mengarahkan kepala kontolku kelubang memeknya, dan tangan kiriku meremas-remas payudara sebelah kirinya.
Bi Ina hanya bisa mendesah lirih, batinnya bertempur antara ingin kembali merasakan lesakan kontolku yang besar dan menolak karena takut ketahuan oleh suaminya yang sedang berada di kamar mandi, matanyapun terpejam meresapi remasan tanganku di payudaranya, dan merasakan kepala kontolku yang sudah mulai menyelinap di bibir vaginanya.
“Ooohhh… Hen…kamuuu…naakkaaall….oooohhh….Hen.,..cepaaaatt…m asukkiinnn… semua kontolmu yang besaaaarrr…itu….puassskkaaannn akuuu…oooohhh..cepat… sebelum mamangmu keluaaaarr….aaahhhhh….iyaaaa…..aaahhhh…tekaaannn…l ebiihh dalaaaamm…oouuughhh….aaaahhh….,”Bi Ina mulai merintih lirih dan mau menerima sergapanku.
Kontolku semakin melesak lebih dalam lagi di lubang senggamanya dan kemudian dengan sekali hentakan kuat kutekan kontolku itu sehingga terbenam dalam-dalam di lubang senggamanya, tubuh bi Inapun tersentak saat menerima sodokan keras itu, dan dengan sekuat tenaga diapun berusaha untuk tidak menjerit saat kontolku itu menerobos sekaligus, kulihat bi Ina menggigit bantal kuat-kuat sehingga yang terdengar hanya dengusannya saja.
“Ooouuggghhh…Ina sayang…memekmu memang legit…aaagghhh…sempit sekali… kontolku terjepit dengan ketatnyaaa…aaahhh…,”akupun melenguh lirih, sambil mulai mengeluar masukkan kontolku.
“hhhhnggggg,…..hhhmmmm…hhhnnngghhhh….hhhmmm….,”bi Ina merintih sambil mulutnya masih tersumpal oleh bantal yang sengaja ia gigit, agar suara jeritan keenakannya tidak terdengar oleh mamangku yang sedang di kamar mandi.
Karena dari tadi aku sudah sangat bernafsu ingin mengentot bi Inaku yang montok ini, akupun mulai mempercepat gerakan keluar masuk kontolku di memeknya, ada sensasi yang aneh yang baru pertama kali ini kurasakan saat menggenjot memek bi Ina, sensasi rasa takut akan ketahuan oleh mamangku dan sensasi enaknya memek bi Ina ini bercampur aduk, membuat sensasi kenikmatan tersendiri, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, kulihat bi Ina semakin kuat menggigit bantalnya sementara matanya hanya terlihat putihnya saja, nampaknya bi Ina juga menikmati persetubuhan kali ini, dan kurasa ia juga merasakan hal yang sama dengan ku, rasa nikmat dan rasa takut ketahuan.
Kurang lebih 5 menitan aku menggenjot kontolku dengan cepat, dan sekarang aku merasakan desakan kuat dikontolku, akupun hampir mencapai puncak kepuasanku, merasakan hal itu akupun semakin menambah ritme kecepatan kontolku keluar masuk dilubang senggama bi Ina, sementara itu kurasakan bi Ina juga mulai menggoyangkan pantatnya dengan cepat, nampaknya bi Inapun hampir mencapai puncak kenikmatannya.
“Ina sayaaaang…. Ooohhh…enaaaakkk… nikmaaatt….aakuu mau keluaarrr….kita keluarin barengan…yaaaahhhh….oooohhh…..ssshhhh…..,”aku mendesah lirih.
“hhhhhnnggggghhhhh…..hhhhnngggghhhhh….hhhhmmmmm…., ”bi Ina pun merintih lirih sambil mulutnya tetap menggigit bantal tapi kepalanya mengangguk setuju dengan ajakanku.
Sodokan-sodokankupun semakin bertambah cepat dan tidak beraturan, sementara itu goyangan pantat bi Inapun semakin tidak beraturan, tak lama berselang kami berdua mengejang hampir bersamaan dan kemaluan kami berduapun menyemprotkan lahar kenikmatannya, yang saling membasahi kemaluan kami masing-masing.
Creeettttt…..ssssrrrrrr….creeeetttt….sssssrrrrrr…. creeeetttt….sssrrrrrr…..creeeetttt….sssssrrrrrrr…. cccreeeeetttt…sssrrrrrr…
Aku merasakan hangat pada batang kemaluanku akibat semprotan lahar kenikmatan Bi Ina, sementara bi Ina merasakan hangat pada dinding vaginanya akibat spermaku. Saat tetes terakhir dari air maniku menyemprot keluar dari kontolku, akupun melenguh panjang, sambil membenamkan dalam-dalam kontolku di lubang memeknya bi Ina, sementara bi Inapun mengejang saat merasakan tetes-tetes lahar kenikmatanya menyemprot keluar dari lubang vaginanya.
Nafas kami berdua terdengar memburu, detak jantung kami berduapun seolah terdengar oleh telinga kami berdua, detak jantung yang baru saja mencapai puncak kenikmatan dan detak jantung yang takut ketahuan oleh mang Nanang yang sedang mandi.
Setelah tuntas dengan mengeluarkan cairan-cairan kenikmatan kami, akupun segera merapihkan diri, kontolkupun kumasukkan kembali kedalam sangkarnya, sementara bi Ina sendiri melap memeknya dengan selimut tipis, dan langsung mengenakan daster batiknya, tanpa mengenakan pakaian dalam sepotongpun.
“Hen…enaknya…nanti kalau mamangmu sudah pergi, kita lanjutkan lagi permainan kita, aku pengen lagi merasakan kontolmu menyodok-nyodok memekku, kita ngentot sampai pagi mumpung ada kesempatan,” goda bi Ina nakal sambil meremas kontolku yang sedang tidur di sangkarnya.
“hehehehe…siapa takut ngentot nyonya montok dan seksi, sampai pagi akan kulayani Inaku sayang,”akupun membalas godaan bi Ina sambil kedua tanganku meremas memek dan payudaranya.
“eeehhh….,”bi Inapun kaget atas balasan remasan tanganku.
“aku keluar dulu yach Ina sayang, aku mau pura-pura baru datang,”kataku
“Gih sana…bocah nakal,”jawab bi Ina sambil tersenyum.
Kira-kira lima menitan akupun pura-pura mengucapkan salam, seolah-olah baru datang dan bertepatan dengan mang Nanang yang baru keluar dari kamar mandi dan sedang berjalan kearah kamarnya.
“Eh..mang Nanang udah datang,”kataku pura-pura kaget.
“Hen…iyach..tapi mau pergi lagi, sebentar yach aku pakai baju dulu,”jawab Mang Nanang.
“Hen..kamu baru pulang, gimana meetingmu, kamu mau kopi?,”bi Ina bertanya padaku
“Iyah…Bi…meetingku sukses. Aku dapat proyek dari mereka, siapa mau nolak dengan kopi buatan Bi Ina,”jawabku sambil merubah panggilanku kepadanya.
“Iyah..Hen, kopi buatan bibimu itu memang nomer satu belum ada saingannya, aku juga buatkan satu, biar gak ngantuk,”teriak mang Nanang dari dalam kamar.
Kemudian kami berdua menuju ke ruangan makan yang juga ruangan dapur, sambil berjalan kuremas pantat bi Ina yang semok dan menantang, bi Ina hanya bisa melototkan matanya saja menanggapi perbuatanku, akupun lalu duduk di kursi makan, sementara bi Ina mulai membuat kopi untuk kami bertiga, saat ia menghidangkan kopi untukku, tangan bi Ina meremas kontolku yang masih tidur di sangkarnya, akupun menjerit lirih atas perbuatannya itu, sambil membisikkan kata di telingaku, bahwa itu adalah balasan yang tadi saat aku meremas pantatnya, saat aku ingin membalasnya, aku mendengar suara kain gorden yang dibuka, akupun mengurungkan niatku untuk membalasnya.
Kami betigapun akhirnya berbincang-bincang, mang Nanang menitipkan bi Ina kepadaku karena ia tahu aku pasti akan mampir ke Bandung dulu, dan nanti setelah urusannya selesai ia akan menjemput bi Ina di Bandung, akupun menyanggupinya, mang Nanang tidak tahu bahwa menitipkan bi Ina samaku sama dengan menitipkan daging ke mulut harimau.
Selepas magrib mang Nanangpun berpamitan hendak kembali ke kampung untuk menyelesaikan urusannya yang belum beres, dengan pura-pura berat hati Bi Ina melepas kepergiannya, padahal dalam hatinya bi Ina ingin agar suaminya lekas-lekas pergi agar dia dapat merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan keponakannya yang besar yang sudah beberapa kali memberinya kepuasan, akupun dengan terpaksa ikut berpura-pura juga dan tidak lupa mengatakan kepada mang Nanang agar selekasnya menyusul ke Bandung untuk menghadiri acara yang diadakan di rumah orangtuaku itu.
Hanya dalam hitungan detik saja setelah melihat mobil mang Nanang menghilang dari balik pintu pagar rumahnya, bi Ina melirik nakal padaku, setelah selesai menutup pintu dan menguncinya, bi Ina menyerangku dengan penuh nafsu, bibir kami berpagutan dengan penuh nafsu, lidah kami saling mencari, sambil mencumbu bibirku tangan bi Ina mulai aktif bergerak, dengan cepat seluruh pakaian yang menempel di tubuhku telah lepas sehingga aku menjadi telanjang bulat, akupun lalu membalas aksinya itu dengan melepaskan daster batiknya yang menempel di tubuh seksinya, sehingga tubuhnyapun menjadi telanjang bulat sama sepertiku.
Tangan bi Ina mulai menjamah kontolku dan mengelus-elus kontolku, perlahan tapi pasti kontolku yang sedang tidur mulai menggeliat, tanpa lama kontolkupun mulai berdiri dengan gagahnya, sementara bi Ina masih tetap meremas, mengelus kontolku yang sudah tegang, mulutnya masih mencumbu bibirku dengan penuh nafsu, akupun membalas tingkahnya, tangan kiriku mulai meremas payudaranya dan yang kanan meluncur turun kelubang kenikmatannya, dengan perlahan belahan bibir vaginanya mulai kuelus-elus, dan bibirku membalas pagutannya dengan penuh nafsu juga, suara desahan mulai terdengar dari mulut kami berdua bercampur dengan suara decakan bertukarnya ludah kami saat berciuman.
Percumbuan yang kami lakukan sekarang ini sangat berbeda dengan pergelutan yang kami lakukan tadi sore, kali ini kami melakukannya lebih santai tanpa harus merasa takut akan ketahuan, lidah kami saling bertautan, kadang-kadang didalam rongga mulutku dan kadang-kadang dirongga mulut Bi Ina, air ludah kami sudah saling bertukar, remasan dan elusan tangan kamipun semakin bertambah ritmenya, desahan-desahan suara kamipun semakin sering terdengar.
Jari jemari tangan kananku semakin lancar mengelus-elus memek bi Ina, karena memek bi Ina semakin basah, perlahan-lahan jari tengahku mulai menerobos masuk kedalam lubang kenikmatan bi Ina, bi Inapun mulai melenguh saat jariku mulai menyeruak masuk ke dalam memeknya, kemudian dengan perlahan-lahan telapak tanganku mulai kugerakkan, dan kupastikan telapak tanganku itu menggesek-gesek kelentit bi Ina, dan sudah pasti jari tengahku yang sedang dalam jepitan memek bi Inapun ikut bergerak keluar masuk seirama dengan gerakan telapak tanganku yang sedang menggesek kelentitnya.
Bi Inapun merintih-rintih keenakan akibat aksi tanganku itu, dan bibirnya masih sibuk melumat bibirku, tangannya semakin aktif mengocok kontolku, sehingga kontolku semakin sering mengeluarkan cairan pre-cum dan membasahi tangannya, akupun mendengus nikmat akibat permainan tangan bi Ina, kontolku semakin mengeras dan siap untuk mengobrak-abrik memeknya bi Ina.
Dengan perlahan bi Inapun maju selangkah demi selangkah mendesak tubuhku sehingga tubuhkupun mundur selangkah demi selangkah kearah sofa yang berada diruang depan rumah mamangku ini, sementara tangannya tidak mau melepaskan genggamannya dan kocokannya di kontolku, akupun melakukan hal yang sama, jari tanganku tidak dikeluarkan dari dalam lubang senggamanya dan gerakan telapak tanganku masih tetap dengan lembut menggesek-gesek kelentitnya.
Akhirnya tubuhku tidak dapat mundur lagi karena sudah terhalang oleh sofa sementara tubuh bi Ina masih maju, sehingga akupun jatuh terduduk di sofa, karena pegangannya pada kontolku cukup kuat, bi Inapun ikut jatuh menimpa tubuhku, bi Inapun mengerang akibat jatuhnya itu,
“Ooohhh… Hen…aku pengen dientot lagi oleh kontolmu ini,”erang bi Ina
“OK, Ina sayang, akan kupuaskan rasa dahagamu…”jawabku sambil tersenyum nakal
Kemudian bi Ina mengambil posisi jongkok diatas tubuhku, tepatnya diatas kontolku, dan iapun menarik tanganku sehingga jariku yang sedang asyik berendam di memeknya tertarik keluar, kontolku yang masih dalam genggaman tangannya mulai ia arahkan kekemaluannya yang sudah sangat basah, aku melenguh kegelian saat bi Ina mengoles-oleskan kepala kontolku ke bibir memeknya, kudengar iapun melenguh kegelian juga, dengan perlahan-lahan kepala kontolku diselipkan kedalam memeknya, Sleeepppp…
Setelah merasa tepat kontolku berada dalam jepitan memeknya, dengan tangan kiri bertumpu di pundakku dan tangan kanan yang masih menggenggam kontolku, perlahan-lahan bi Ina mulai menurunkan pantat semoknya itu, kontolku perlahan-lahan mulai menyeruak masuk kedalam lubang senggamanya, Bleeesssss….
“Aaahhhhh….kontolmu besaaarr…Hen….memekku masih dibuatnya penuh…ooohhhhh enaaaaaakkkk….,”bi Ina melenguh enak saat kontolku mulai terbenam kedalam lubang senggamanya.
“memek kamu juga enaaak…sempiitt…biarpun sudah pernah diterobos oleh kontolku..tapi tetap aja masih sempiitt..,”akupun melenguh merasakan ketatnya dinding vagina bi Ina menjepit kontolku.
Bleeessss…..bleeesssss….bleeessss…..dengan perlahan-lahan kontolku semakin menusuk lebih dalam lagi sehingga amblas seluruhnya didalam lubang senggamanya bi Ina, aku merasakan dinding vagina bi Ina berdenyut-denyut pelan, seolah sedang meremas-remas batang kontolku, sementara itu bi Inapun merasakan hal yang sama ia merasakan memeknya dibuat penuh sekali oleh kontolku, dan saat batang kontolku berdenyut, bi Inapun merasakannya pada dinding vaginanya.
Kedua tangan bi Inapun bertumpu pada pundakku, sementara itu pantatnya menempel pada pahaku, dengan perlahan-lahan bi Ina mulai menaik turunkan pantatnya, dan dengan otomatis kontolkupun timbul tenggelam di lubang memeknya, geseran yang kurasakan pada batang kontolku sungguh sangat ketat dan erat sekali, memek bi Ina menjepit kuat batang kontolku, biarpun sempit dan ketat memeknya menempel di batang kontolku tapi pergerakan keluar masuk kontolku itu cukup mudah karena memek bi Ina yang sudah sangat basah oleh cairan precumnya dan cairan precumku.
Dengan posisi seperti ini aku hanya dapat pasif karena aku tidak dapat menggerakkan pantatku, tapi pemandangan yang ada di hadapanku sungguh asyik, karena kedua payudara bi Ina terpampang dihadapanku dan sedang terombang-ambing, apalagi saat itu bi Ina sudah mulai menaikkan irama naik turunnya, kedua payudaranya ikut juga naik-turun seirama dengan naik turun tubuhnya, kedua tanganku langsung menyergap kedua payudara bi Ina yang sedang terombang-ambing itu, kuremas-remas kedua bukit kembar itu, sehingga membuat Bi Ina semakin merintih-rintih, gemas dengan suara rintihan Bi Ina yang semakin sering terdengar, mulutkupun mulai ikut beraksi, kedua puting susunya yang berwarna coklat, mulai kujilati dan kuhisap-hisap,
“Ooohhhh…Hen…geeeliii….Heenn…aaahhhh…sshhhh…aaahhh …terusss…hisaaappp.. tetekkku…ooohhh….Hen…enaaakk…nikmaaattt…ngentooooo tttt…kamu…ooohhh,”Bi Ina merintih keenakan.
Sssllrrrppp….ssslrrrpppp…ssslrrrpppp… suara hisapanku pada kedua susu Bi Ina, kuremas, kujilat, kuhisap dan kupilin-pilin kedua susu dan putingnya bergantian kiri dan kanan, membuat Bi Ina semakin menggila, gerakannya semakin bertambah cepat, kontolku semakin cepat keluar masuk memeknya, tak lama berselang Bi Ina mulai mengerang panjang, menandakan puncak kenikmatannya berhasil ia rengkuh,
“Heeeeennnnnn…..Oooohhhh….aaakuuuu…keluuaaaarrr….a aaaahhhhhh…kontolmuuuu enaaaaakkkk….besaaaaarrr…panjaaaang….memekkuuu…pen uh sesaaakkk…dijejaalii… kontolmuuuuu….ooohhh…Heennn….ooooohhh…ssshhhh….aaa aahhh,”Bi Ina mengerang keenakan menyambut puncak kenikmatannya.
Sssssrrrr……sssssrrrrrr….sssrrrrrrr….sssssrrrrrr….. lubang senggamanya menyemburkan lahar kenikmatannya membasahi kontolku yang sedang terbenam dalam-dalam, aku merasakan batang kontolku menjadi hangat akibat semburan cairan memek Bi Ina, dan kurasakan juga dinding vagina Bi Ina berdenyut dengan kuatnya saat menyemburkan lahar kenikmatannya itu.
Tubuh Bi Inapun ambruk diatas tubuhku, kudengar suara nafasnya memburu, lalu kuelus-elus punggung, pinggang dan bongkahan pantatnya sambil agak kuremas-remas, membuatnya melenguh lirih,
“ooohhh…Hen…enak sekali..aku puas dientot oleh kontolmu yang besar dan panjang itu, gila hari ini sudah 2 kali aku mencapai puncak kenikmatan bersenggama,”Bi Ina berkata lirih.
“hehehehe…Ina sayang, mau lagi,”tanyaku
“Hhhmmmm…aaaahhh….bentar..aku ambil nafas dulu,”jawabnya lirih masih dengan nafas yang agak memburu.
Kurasakan denyutan dinding vaginanya sudah mulai melemah, dengan menggendong Bi Ina dan tanpa melepaskan kontolku dari jepitan memeknya, akupun bangkit dari dudukku , kemudian tubuh Bi Ina kurebahkan diatas meja tamu yang terbuat dari marmer, kontolku masih tetap terjepit dengan eratnya oleh memek Bi Ina, lalu kutindih tubuh Bi Ina dan mulai kupompa kontolku keluar masuk memeknya dengan gerakan cepat, suara rintihan Bi Ina kembali terdengar, erangan-erangan nikmatnya kembali membahana diruangan tamu rumah mamangku ini.
“Oooohhh…Hen….kaamuu…aaaahhhh…enaaaakkk..enjot…ter usss…kontolmuuuuu…. yaaahhhh…terusss..hhhmmm…tekaaann.yang dalam…Heeeenn….ooohhh…ooohhhhh,” erang Bi Ina keenakan digenjot dengan gaya cepat olehku.
“Ouuughh…enaaak…Ina…sayaanngg…enaaakkk…kontolkuuu. .enaaakk…memekmuu jugaaaa…legiiittt…sempit…aaaahhhh…,”akupun mengerang merasakan enaknya jepitan memek Bi Ina yang sangat ketat di batang kontolku, walaupun memeknya sudah sangat-sangat basah sekali.
Suara kecipakan beradunya memek Bi Ina yang sudah basah dengan batang kontolku yang dengan gencarnya menyodok-nyodok, menambah hiruk pikuk suara di ruangan tamu ini, aku tidak perduli suara yang kami keluarkan akan terdengar oleh para pembantunya yang tinggal di rumah belakang ataupun oleh penj****ya yang berada di gerbang depan, yang kupikirkan adalah mengentot Bi Ina sampai puas, sampai pagi kalau bisa.
Kedua kaki Bi Inapun mengait dipinggangku, sementara kedua tanganku berada di samping kiri dan kanan kepala Bi Ina, kedua tanganku itu menjadi tumpuanku agar Bi Ina tidak terlalu berat ditindih oleh tubuhku, dan menjadi tumpuan saat aku menggenjot memek Bi Ina, sementara tangan Bi Ina memegangi pundakku saat memeknya semakin gencar kusodok-sodok.
“Oooohhhh…ssshhhh…aaahhhh….Heennn…enaakk…terusss…s odok…teruss..memekku nikmaaaattt….kontolmuuuuu…enaaaakkk…bessaaaarr..pa anjaaanng…yang dalaaaam .. tekaaaann…yang.dalam…sodoookkk…yaaang dalaaammm…oooohhh…Heenn…ooohhh ssshhh….aaaahhh…ssshhh..aaahhh…Heeenn….,”Bi Ina semakin mendesah keenakan menerima hajaran kontolku di lubang senggamanya.
“akkkuu…jugaaa…enaakk…Inaaa…saaayyaaang…ooohhhh… ngentot memekmu ini…. Ooohhhh…betul-betuuulll…enaaakk….,”Akupun mengerang keenakan.
Kurang lebih sudah 10 menitan kugenjot kontolku keluar masuk memek Bi Ina, dan aku sudah mulai merasa bahwa air maniku sudah mulai mengantri di batang kontolku siap untuk meledak, akupun semakin mempercepat kocokan kontolku, Bi Inapun semakin mengerang-erang keenakan, kulihat matanya kembali hanya terlihat putihnya saja, menandakan bahwa Bi Ina betul-betul sedang menikmati sodokan-sodokan kontolku, akupun semakin menambah cepat irama kocokanku.
“Ooougghhh…Inaaaa…..aaakuuu…maauuu keluaarr….ooohhh….akuuu…sudah tidak tahan lagiii….,”erangku.
“Iyaaaa…akuuuu….jugaaaa…mau keluaarr..lagiii…Heeennnnn….aaagghhhh… kontolmu memang enak daan perkaaaassaaa…..puaaasss akuu dibuatnyaaa…,”Bi Inapun mengerang.
Kontolku semakin bertambah cepat keluar masuk di lubang vagina Bi Ina yang sudah semakin banjir oleh cairan precum kami berdua, tak lama berselang dengan kekuatan penuh aku hentakkan kontolku dalam-dalam di lubang memeknya Bi Ina, sehingga membuat Bi Ina menjerit, dan,
Creeeettttt…..ccreeeeetttt….ssssrrrrr…ccreeetttt…s ssrrrrrr….creeettttt..sssrrrr…ccreeett.. sssssrrrrr…..sssrrrrr…. kontolku menembakkan air maninya hampir bersamaan dengan memeknya Bi Ina yang memuntahkan lahar kenikmatannya.
Kontolku berkedutan saat menembakkan air maninya, dan saat bersamaan kurasakan dinding vagina Bi Ina berdenyut sangat kuat saat memuntahkan lahar kenikmatannya, dan kurasakan hangat di batang kontolku, Bi Inapun merasakan hal yang sama yang dirasakan olehku, ia merasakan hangatnya spermaku yang menyirami lubang rahimnya, dan lubang vaginanya merasakan kedutan-kedutan batang kontolku saat mengeluarkan air mani.
“Ooouugghhhhh… Inaaaa…..enaaakkk….sekaallliii…meemekmuu….berdenyu t-denyuuut. Kontolku seperti diremaaass..remas…aagghhh….sedaaapnnyaa…enaaakknya aa…terima pejuhkuuuu….oooohhhh…Inaaa….ooohhh….,” erangku keenakan saat kontolku menyemprotkan air mani.
“Heeennnn…..aaaakkuuu…jugaaa…enaaakk…puaaaasss…die nttooott…kontolmu.. yang besaaaar..dan panjaaaang…pejuhmuuu hangaatt..kurasakaan….ooohhhh….kamu hebat. Heeennn….kamu sungguh perkaaassaaaa….aku betul-betul puaaass..aaahhh..sshhhh aaahhhhh…Hen…,”Bi Inapun mengerang kenikmatan.
Sambil masih merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami rengkuh, sambil tubuhku masih berada diatas tubuh Bi Ina, bibir Bi Ina kupagut dengan lembut dan mesra, sambil perlahan-lahan kutarik kontolku kemudian kudorong masuk lagi, lama-lama kontolku semakin menciut dan terlepas dengan sendirinya dari jepitan memek Bi Ina, akupun bangkit dari atas tubuh Bi Ina, dan duduk diatas sofa, Bi Inapun mengikutiku dan duduk disebelahku, nafas kami masih agak sedikit tersengal-sengal.
Setelah nafas kami kembali normal, kamipun bangkit dari sofa dan berbarengan berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah itu dengan tubuh yang masih tanpa busana kami berdua menikmati hidangan malam yang memang sudah tersedia dari tadi.
Pertempuran demi pertempuran kami lanjutkan kembali setelah kami selesai makan malam, kami lakukan sepanjang malam sampai kami kelelahan.
TAMAT
Post a Comment