Cerita Dewasa : Petualangan Cinta Hendra Anna yang pasrah - Hari ini adalah hari kedua kami di Surabaya, dan hari pertama kami di pameran, pameran di buka sekitar jam 10 pagi, kegiatan kami hari ini cukup menguras tenaga, stand kami banyak di kunjungi terutama oleh para lelaki, kebanyakan dari mereka hanya sekedar ingin berbincang dengan Tina dan Anna, ada juga beberapa yang serius bertanya tentang produk-produk kami, tapi lebih banyak lagi yang bertanya tentang no HP Anna dan Tina, untungnya kedua gadis itu ahli dalam menghadapi para lelaki usil tersebut.
“Tin, sini sebentar, aku mau tanya,”Aku memanggil Tina untuk mendekatiku.
“Ada apa Boss, pengen lagi yach,”Tina berkata lirih begitu dia sudah berada didekatku.
“Bukan itu, tapi kemarenkan waktu berhubungan, aku-kan keluarnya di dalam, aku takut kamu hamil ajach,”bisikku.
“Ooohhh…itu, gak usah takut boss, seperti Anna bilang everything under control…hihihihi… kirain minta nambah lagi,”jawab Tina sambil berlogat cadel seperti Anna saat mengucapkan Control.
“Uihhh..lega dah, emangnya masih mau ngerasain si otong gua ini,”jawabku sambil melepaskan nafas lega.
“Hhhmmmm… memekku masih gatal pengen digaruk lagi sama si otong, tapi badanku masih lemes, dan kurang tidur, pengen tapi tidak malam ini, hihihihi mau istirahat dulu, kalau besok malam pasti kulayani lagi si otong tuch sampe pagi,”kata Tina genit sambil mengedipkan matanya.
“hehehehe…sip dach,”jawabku.
Kemudian kami kembali di sibukkan melayani pengunjung yang kembali memenuhi stand kami, tanpa terasa jam menunjukkan pukul 13.00, kamipun bergantian untuk makan siang, Anna dan Tina menyuruhku untuk makan terlebih dahulu, karena kata mereka akukan bossnya jadi harus makan terlebih dahulu, yang mendapatkan bagian ke 2 untuk makan adalah Anna karena Tina ngotot yang tua lebih dulu makan takut pingsan katanya, Tina memang anaknya suka bercanda, usil, dan ceriwis juga.
Saat itu Tina yang mendapatkan giliran terakhir makan siang baru saja meninggalkan stand, dan para pengunjungpun sudah mulai sepi, terlihat Anna menggerakkan kepalanya sambil tangannya memijat-mijat pundaknya, melihat hal itu kuhampiri dia.
“Kenapa An, cape yach?” tanyaku
“hooh nich, pegel-pegel, pundak dan leherku tegang, terus yang paling parah ini nich betisku, kebanyakan berdiri,”kata Anna
“lagian kamu pake sepatu hak tinggi begitu sich, jelas ajach pegel,”kataku
“iyach ach, salah pake nich, seharusnya pake yang gak ada haknya,”Anna membetulkan perkataanku.
“Mau kupijitin gak,”aku menawarkan bantuannya.
“bener nich, mau dong, tapi jangan disini, gak enak kelihatan sama pengunjung, nanti ajach setelah acara ini selesai, mas Hen pijitin aku yach, makasih sebelumnya,”kata Anna
“Sip dach, pokoknya buat Anna yang cantik apa saja kan kulakukan,”kataku
“Uuuhh..mulai dah rayuan gombalnya, inget aku tuch udah punya suami, jangan genit lho, tar kulaporkan sama suamiku, hihihihi.”Anna berkata menggodaku.
“Eits…siapa yang genit, gak takut dilaporkan sama suaminya, lha aku kan Cuma nolongin mijit istrinya yang cuantik ini biar gak sakit,”kataku lagi.
Senda gurau kami terhenti karena ada beberapa pengunjung yang mendatangi stand kami, dari kejauhan kulihat Anna sedang bergegas mendatangi kami, kamipun kembali disibukkan dengan kegiatan kami lagi.
Tepat pukul 6 sore pameran hari inipun ditutup, kamipun berbenah merapikan stand kami, jam 6.30 tuntas sudah kami merapikan stand kami, kamipun melangkah ke restoran di hotel tersebut untuk makan malam.
Kami bertiga kembali kekamar kami masing-masing setelah selesai menyantap hidangan malam kami, kurebahkan tubuhku setelah aku masuk kedalam kamarku dengan tak lupa mengunci pintu kamarku, setelah rasa lelah dan pegalku reda, aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku, rasa segar kurasakan setelah kuselesai mandi, kukenakan celana boxerku dengan tanpa mengenakan dalaman, aku memang terbiasa dengan hanya mengenakan celana boxer saja, tanpa CD soalnya lebih bebas kurasakan, juga yang sudah menjadi kebiasaanku adalah aku tidak pernah mengenakan pakaian atau kaos untuk menutupi bagian atasku, aku lebih suka bertelanjang dada.
Kemudian kurebahkan tubuhku sambil menonton acara TV lokal, selang beberapa menit kudengar ketukan di pintu, dengan malas-malasan aku melangkahkan kakiku kepintu kamarku, kuintip lubang yang berada di pintu untuk memastikan siapa yang datang, kulihat dikoridor depan pintu kamarku tidak nampak seseorangpun.
“kurang ajar nich orang, gak ada kerjaan pake ngetuk-ngetuk pintu orang,”batinku menggerutu.
Saat kembali ketempat tidur, kembali kudengar ketukan pintu, dan baru kusadari ternyata suara ketukan itu berasal dari pintu yang menghubungkan kamarku dengan kamarnya Anna, kuhampiri pintu tersebut dan kubuka, dihadapanku terlihat pintu yang terletak dikamar Anna setengah terbuka dan wajah Anna yang melongok dari balik pintu tersebut.
“Ada apa, An?,”tanyaku
“Iihhh…lupa dia, jadi gak mau tolongin aku,”kata Anna sambil cemberut.
“Oohhh…yang mijitin kamu itu,”kataku memastikan.
“Ya..iyalah…memangnya minta tolong apalagi,”kata Anna masih cemberut
“Oohh…kukira gak jadi, hehehe”kataku sambil tertawa,
“Tapi An, aku-kan sudah terbiasa bertelanjang dada begini, kamu gak risihkan, soalnya males nich kalau mau pake kaos lagi,”tanyaku
“Hhmmm…yach udah, gak apa-apa dech, tapi bener yach mas Hen, jangan genit yach…,”kata Anna.
“masa aku dibilang genit sich, emang kapan kamu kugenit-in, eh…,”tanyaku
“Belom pernah sich,”kata Anna membuka pintunya lebar-lebar.
Akupun melangkahkan kakiku masuk kedalam kamar Anna, mengikuti langkah Anna yang menuju tempat tidurnya, dari belakang kulihat pantat Anna yang cukup besar itu bergoyang, bayangan garis CDnya terlihat dari balik dasternya yang berwarna kuning, sementara disebelah atas kulihat juga garis BHnya tercetak dengan jelas di dasternya itu.
“Mas Hen, aku tengkurap atau telentang nich,”Anna bertanya tentang posisinya.
“Tengkurap dong neng, kalau telentang nanti aku bukannya mijit…hehehe,”kataku
“Tuch kan, mas Hen mulai genit dech,”Anna merengut
“lha iyakan, barusan kamu tanya mo telentang apa tengkurap,”jawabku
Anna mencibirkan bibirnya, setelah itu ia membalikkan tubuhnya dan tengkurap diatas tempat tidur, akupun segera naik ketempat tidur, dan duduk di dekat kakinya Anna, kemudian akupun mulai memijat-mijat telapak kaki Anna.
“Mas Hen, kok pintar sich mijatnya,”tanya Anna setelah merasakan pijatan-pijatanku di telapak kakinya.
“hehehehe…gini-gini aku-kan pernah belajar bela diri,”jawabku
“hihihihi…ditanya pintar mijat, malah jawabnya pernah belajar bela diri, gimana sich,” Anna tertawa geli
“Iyach maksudku saat belajar bela diri itu aku juga diajarin untuk bisa membetulkan otot-otot yang keseleo,”jawabku sambil tetap tanganku memijat-mijat telapak kakinya
“Ooohhh…gitu.. tapi bener-bener enak mas, pijatannya,”kata Anna.
Sambil memijat mataku tidak pernah beralih dari bongkahan pantat Anna yang montok, pikiranku membayangkan meremas-remas pantat Anna, telapak kaki selesai kupijat, akupun beralih memijat-mijat betisnya Anna, kurasakan kulit Anna yang lembut, yang membuatku semakin membayangkan kehalusan kulit Anna di tempat yang lainnya, kudengar Anna beberapa kali memuji pijatanku yang dirasakannya enak sekali, telapak kakinya yang sudah selesai kupijat dirasakan olehnya sudah tidak berat seperti tadi siang.
Tanganku mulai merayap kearah paha Anna setelah kurasakan otot-otot betisnya Anna tidak terlalu tegang, dengan lembut kupijat-pijat paha Anna, Anna semakin mendesah keenakan merasakan pijatanku,
“Ooohh…Mas Hen, enak betul pijatanmu, alangkah beruntungnya gadis yang mendapatkanmu,”kata Anna
“hehehehe…apa hubungannya bisa mijat sama gadis,”kataku sambil tertawa
“adalah mas, kan tiap malam bisa minta dipijatin sama suami,”kata Anna
“Wah…itu sich enak di dia gak enak di gua, udah kerja seharian eh pulang kerumah disuruh mijatin, emang suaminya tukang pijat yach, hehhehe”kataku sambil tertawa dongkol
“hihihihi…marah dia, kan gak tiap hari mas, kalau istrinya pegal-pegal ajah,”lanjut Anna
Pijatankupun beralih kearah punggung Anna, tapi aku agak kesulitan memijat punggungnya Anna karena daster yang dikenakan oleh Anna berbahan satin, sehingga saat memijat-mijat punggungnya dasternya ikut tertarik-tarik, Annapun merasakan hal yang sama ia tidak merasakan enak saat dipijat punggungnya tersebut.
“Kok gak enak mas, gak seperti saat mijat betis dan pahaku,”Anna bertanya heran.
“Ini nich, dastermu yang bikin susah, selalu ngikutin gerakan tanganku,”jawabku.
“Eeehh…jadi harus gimana dong mas, punggung dan pinggangku juga pegal-pegal,”tanya Anna.
“heeh…mana kutahu, kecuali kalau dasternya dicopot baru dach tanganku leluasa memijat-mijat pinggang dan punggungmu,”kataku sambil berharap Anna mau melepaskan dasternya.
“Waduh…kalau dicopot berarti aku telanjang dong, wah bahaya…kalau mas Hen genit…ckckckck…gak ach,”kata Anna.
“telanjang sich gak juga, kan masih ada BH dan CDmu,”kataku kembali sambil masih tetap mengharap Anna melepaskan dasternya.
“Wahh..malu mas, tapi…hhhmmm…mas ambilin handuk dong di kamar mandi,”Anna kembali berkata sambil meminta tolong padaku untuk mengambilkan handuk.
Segera kuambilkan handuk tersebut dan kuserahkan pada Anna,
“mas Hen, balik badan dong, aku mau buka dasterku nich, jangan ngintip yach,”Anna berkata saat ia menerima handuk tersebut.
Tapi Anna lupa didepan tempat tidurnya itu terletak cermin yang besar sehingga biarpun aku membalikkan badan tapi bentuk tubuhnya yang hanya berbalut CD dan BH saja nampak dihadapanku walaupun cuma sebentar tapi cukup untuk menggeliatkan siotongku, dari cermin kulihat Anna sudah kembali tengkurap dengan handuk yang menutupi bagian pantatnya dan sebagian punggungnya.
“An, sudah belum,”aku pura-pura bertanya.
“sudah mas Hen, tapi mas Hen janji yach gak nakal yach…,”jawab Anna sambil memohon.
“iyach..ach…aku gak akan nakal, cuman badung ajach,”candaku
“iiihh…mas Hen…iiihh jangan dong..,”kata Anna sedikit ketakutan.
“iyach..aku bercanda kok,”kataku menenangkan Anna.
Lalu tanganku mulai bersentuhan dengan punggung Anna, tapi gerakkan tanganku saat memijat punggung Anna masih tidak dapat dengan leluasa karena terhalang oleh BH Anna,
“An, sorry yach…kaitan BHnya kulepas yach, kalau gak tanganku susah buat mijatnya nich,”kataku.
“hhmmmm… iyach dech…tapi janji yach mas, mas Hen gak akan nakalkan,”Anna mengiakan permintaanku.
Kulepaskan kaitan BHnya, karena BH yang dikenakan oleh Anna adalah BH tanpa tali jadi begitu kulepaskan kaitannya, gumpalan payudara Anna kulihat disamping kiri dan kanan punggungnya tersebut, kemudian akupun mengambil hand body Anna, lalu punggungnya mulai kulumuri hand body dan tanganku mulai bergerak perlahan memijat-mijat punggung Anna, agar lebih mudah kurubah posisiku, kukangkangi tubuh Anna, kedua lututku tepat berada disamping kiri dan kanan pinggang Anna dan pantatku bersentuhan dengan pantat Anna, si otongpun mulai menggeliat bangun, melihat kemulusan punggung Anna dan merasakan empuknya pantat Anna.
Dengan lembut tubuh Anna mulai kupijat-pijat, jari jemariku mulai menari-nari di bagian tengah punggung Anna mulai dari sekitar pinggang sampai ke leher, sambil tanganku sibuk memijat-mijat punggung Anna, mataku sibuk juga melirik gumpalan payudara Anna yang meluap kepinggir, dari posisiku sekarang ini gumpalan payudara Anna itu terlihat disamping kiri dan kanan punggungnya, kontolku semakin menegang.
Dari tengah sedikit demi sedikit jari jemariku kuarahkan kesamping kiri dan kanan punggungnya, sampai jari jemariku mulai menyentuh pinggiran payudara Anna, saat jemariku mulai menyentuh pinggiran payudara Anna itu, kulirik wajah Anna untuk melihat ada perubahan di wajahnya, kulihat kedua mata Anna tertutup dari mulutnya kudengar desahan lirih, setelah yakin tidak ada perubahan dan tidak ada penolakan dari Anna, jemariku semakin sering menyentuh pinggiran payudara Anna tersebut.
Setelah kurasakan cukup memijat-mijat punggung dan pinggiran payudara Anna, tanganku beralih ke bongkahan pantat Anna, kemudian kuremas-remas lembut kedua bongkah pantat Anna yang montok itu, setelah terlebih dahulu kusingkirkan handuk yang menghalangi gerakan dan pandanganku, saat kuremas-remas pantatnya kulihat paha Anna sedikit mengejang, perlahan-lahan tanganku turun kearah paha bagian dalamnya, kupijat-pijat lembut didaerah itu, kedua kakinya yang tadinya rapat mulai terbuka sedikit demi sedikit seiring dengan pijatan-pijatanku di kedua pahanya, silih berganti kupijat paha dan pantatnya Anna, semakin sering pula kudengar Anna mendesah.
Saat kaki Anna semakin terbuka lebar kulihat CDnya Anna dibagian kemaluannya sedikit basah, saat itu tanganku sedang memijat-mijat pantat Anna, dengan perlahan-lahan jari jempolku kuarahkan di dekat pangkal paha Anna dan jari jempolku mulai menekan area tersebut, sementara jari yang lainnya masih memijat-mijat pantat Anna.
“An, CDnya ngalangin nich, kubuka yach biar pijatanku lebih enak,”kataku sambil tidak menghentikan pijatanku.
Kulihat Anna menganggukkan kepalanya, melihat anggukan Anna, CD Annapun kulepaskan, dan juga tidak lupa kulepaskan celana boxerku, kulihat kepala kontolku sudah mengeluarkan cairan pelicin juga, aku kemudian bersimpuh di antara paha Anna dan melanjutkan pijatanku, kedua jempolku kembali kutekankan di pangkal paha Anna tepatnya dibibir vagina Anna, kulihat vagina Anna yang gembung, garis bibir vaginanya terlihat masih bagus, kutekan-tekan dengan lembut kedua pinggiran vaginanya tersebut dengan jempolku, sementara jemari yang lain secara bersamaan meremas-remas pantatnya.
Anna semakin mendesah-desah, dan pantatnya mulai terangkat sedikit demi sedikit, kedua kakinyapun semakin terbuka lebar seolah ingin memberikan ruang untukku, gerakan jempolku mulai berputar di kedua pinggiran vagina Anna, sehingga lubang vagina Anna mulai terlihat karena gerakan berputar jempolku tersebut, ingin rasanya kusedot dan kujilati vagina Anna yang berwarna merah muda itu, tapi kutahan hasratku tersebut karena takut akan membuat Anna kaget, bisa hilang nanti burung yang hampir dalam genggamanku.
Gerakan jempolku yang berputar merambat perlahan-lahan kearah kelentitnya Anna, lalu dengan bergantian jempol kiri dan kananku mulai mengelus dan menekan kelentit Anna, kelentit Annapun mulai terlihat oleh mataku, warnanya merah muda, bentuknya kecil sebesaran kacang kedelai, ingin rasanya kujilati kelentit itu, tapi lagi-lagi kutahan hasratku untuk melakukan hal itu, sementara kontolku sudah mengeras sekali sudah sangat siap untuk menerobos masuk kedalam lubang senggama Anna.
Kurasakan kedua jempolku sudah semakin basah oleh cairan birahi Anna, nampaknya sudah waktunya untuk melakukan keinginanku yang dari tadi kutahan,
“An…Anna…enak pijatanku…,”tanyaku dengan nafas yang sedikit memburu karena menahan birahiku.
“Hhhmmm….hhhmmmm….,”gumam Anna sambil menganggukkan kepalanya.
Melihat Anna yang sudah pasrah itu, akupun semakin berani,
“mau yang lebih enak..lagi An,”tanyaku kembali.
Anna tidak menjawab pertanyaanku tapi kulihat kepalanya sedikit terangguk, melihat hal itu, akupun tidak mau membuang kesempatan emas tersebut, tanpa membuang waktu lagi kontolku kuarahkan ke lubang vaginanya Anna, keinginanku untuk menjilati kelentitnya Anna terpaksa kutunda dahulu, takut nanti Anna berubah pikiran saat merasakan jilatan lidahku di kelentitnya,
Sleeeeppp……kepala kontolku mulai terjepit di lubang vagina Anna, dan tanpa menunggu lebih lama lagi,
Bleeeessss…..kontolku mulai menyeruak masuk kedalam rongga senggama Anna, perlahan tapi pasti, kontolku mulai terbenam sedikit demi sedikit.
Bleeesssssss….kutekan lagi kontolku masuk kedalam rongga vagina Anna sehingga terbenam seluruhnya.
Kurasakan vagina Anna ini sempit tapi tidak sesempit punya Tina, karena kontolku yang besar ini dapat dengan mudah menerobos masuk walaupun sedikit peret,
“Ooogghhh…An, memekmu sempit juga,”Aku mengerang merasakan jepitan memeknya Anna.
“Hhhmmmm…ooohhhh…mas Hen…,”Anna mendesah merasakan lesakan kontolku di memeknya.
Pantat Anna semakin menungging keatas, sementara tubuh bagian atasnya tetap menempel di tempat tidur, setelah mendiamkan sebentar kontolku didalam lubang vagina Anna, kemudian dengan bertumpu pada kedua tanganku, kontolku mulai keluar masuk di memek Anna, kulihat kontolku yang keluar masuk di memek Anna mengkilat karena cairan birahi Anna.
“Hhhmmm…ssshhh…aaaaahhh…hhhmmmm..ssshhh…,”Anna mendesah keenakan merasakan sodokan-sodokan kontolku di memeknya.
Kulihat kedua mata Anna terpejam, dan kedua tangannya mencengkram kain seprei, dari mulutnya semakin terdengar rintihan-rintihan nikmat, kurasakan memek Anna semakin basah dan kontolku semakin leluasa keluar masuk, gerakan keluar masuk kontolku semakin kupercepat, dan kulihat cengkraman Anna semakin kuat mencengkram kain sprei,
“Ouuughhhh…ssshhh…aaaahhh…..ssshhh…aaahhh…mas Hen…,”Anna merintih-rintih.
“Enaaakk.. An…sayang…kontolku..enak…,”akupun mendesah
“Ooohhh…sshhh…hhhheeehhh..ssshhhh…aaaahhhh…,”kemba li Anna mendesah seolah menjawab pertanyaanku.
Tak lama kemudian kurasakan tubuh Anna, pantatnya serta kakinya mengejang, mengetahui hal itu akupun semakin mempercepat gerakanku, karena kutahu sebentar lagi Anna akan mencapai puncak kenikmatannya, perkiraanku betul selang beberapa detik setelah kupercepat genjotanku, Annapun melengking,
“Maaaasss….Heeenn.. aakuuu…keluaaarr….ooohhhh..aaaaahhh…ssshhh…,” Anna melengking menyambut kedatangan puncak kenikmatannya.
Ssssrrrrr… Sssssrrrrr…. Srrrrrr…. Srrrrr……
Kurasakan kontolku menjadi hangat oleh siraman cairan kepuasan Anna, dan kurasakan dinding vaginanya berdenyut dengan cepat, seolah-olah sedang meremas-remas kontolku, sengaja kontolku yang barusan kubenamkan dalam-dalam saat Anna mencapai puncak itu tidak kugerakkan karena aku ingin menikmati sensasi kedutan dinding vagina Anna.
Kuciumi kuduk, leher dan telinga Anna, untuk memberikan sensasi nikmat yang lebih,
“Mas Heen, jahat…aku jadi berkhianat sama suamiku,”kata Anna dengan nafas masih tersengal-sengal.
“Ehh..jahat…apa? hehehe…kan kutanya tadi apa mau lebih enak lagi,”jawabku pura-pura bego.
“Iyaah…tapi pijatannya mas Hen itu bikin orang terangsang sich,”Anna berkata lagi.
“Hhmmm..ya kalau gitu kan bukan salahku, iya kan,”jawabku berkelit.
“Tau aaah…mas Hen nakal, aaauuugghhh…,”kata Anna sambil menjerit karena saat itu kontolku mulai kugerakkan lagi.
“Sudah…sudah..mas Hen…masa gak cukup satu kali,”kata Anna mencoba untuk menghentikan aksiku.
“hehehe..jangan curang dong saying, yang sudah puaskan baru kamu aja, aku kan belum keluar,”kataku sambil tetap menggerakkan kontolku dan mulai menciumi kuduk, leher dan telinga Anna.
“Mas..Hen…jangan..gelliiii…aaaawwww…mas Hen belum keluar, ooohh..awww..geli. kukira sudah keluar juga…mas geli..mas..Hen…nakal yach…,”Anna berkata sambil kegelian akibat ciumanku.
“Hhmmm…sslrrrppp…iya…puaskan aku An,”kataku sambil menjilati dan menghisap lehernya Anna.
“Mas Hen…jangan …mas…geli…jangan ciumi leherku…ooohh…mas…,”Anna memohon padaku untuk tidak menciumi lehernya.
“Sudah…mas…sudah… aku pasrah..mau diapain juga…tapi jangan leherku…mas.. oohhh…memekku nanti semakin basah…,”Anna mulai mendesah-desah antara geli dan nikmat.
Dengan perlahan-lahan tubuhnya mulai kuangkat, dengan berlutut aku mulai menggenjot Anna yang juga berlutut, sementara tubuhnya bersandar pada tubuhku, kedua tanganku mulai aktif meremas-remas kedua payudaranya yang montok, dengan perlahan-lahan aku mulai memutarkan tubuh kami, sehingga posisi tubuh kami menghadap kearah cermin, sekarang dapat kulihat kedua payudara Anna yang montok dihiasi dengan kedua putingnya yang berwarna merah muda, sungguh jauh berbeda dengan warna putingnya Tina yang coklat, dengan gemas kuremas-remas kedua payudara itu, dan kedua putingnyapun tidak luput dari aksiku, Anna semakin mendesah,
“ooohh… mas Hen… oooohh… ssshhhh… mas… ssshhhh… puaskan… aku… lagi.. mas…. ,”Anna merintih-rintih minta dipuaskan lagi.
Tubuh Annapun mulai bergerak seirama dengan gerakan keluar masuknya kontolku, Anna mendorong mundur pantatnya saat kontolku melesak masuk dan ia menarik maju pantatnya saat kontolku keluar dari lubang vaginanya, bukan itu saja Anna juga memutar-mutarkan pantatnya saat maju-mundur.
Aku merasakan enak yang sangat akibat putaran-putaran pantat Anna, kontolku seperti di pilin-pilin oleh dinding vaginanya, kulihat di cermin Anna dengan mulut setengah terbuka dan mata yang terpejam, nampaknya Anna betul-betul menikmati sodokan-sodokan kontolku.
“ooohhh…ssshhh…enaakk…mas….enaaakk…diputar…putar…b egini… aku enaakk juga…kontolmu..mas…Hen..besaaarr…paanjaanng…,”rint ih Anna.
“hhheeehhh…enaak..An, terus putaaar…saayang…teruss…,”akupun mengerang menikmati goyangan Anna.
Keringat kami semakin banyak, dan menimbulkan bunyi kecipak saat pantat Anna beradu dengan perutku, suaranya membuat kami semakin terangsang, gerakan kami semakin menggila, Annapun semakin cepat memutar pantatnya sementara aku sendiri semakin cepat mengeluar masukkan kontolku di vagina Anna.
Rintihan, erangan dan desahan kami saling bersahutan, Anna yang pada babak pertama tadi hanya bisa pasrah saja, pada ronde kedua ini aksinya sungguh bertolak belakang, rintihannya semakin sering terdengar,
“ooohhh…mas …genjot kontolmu….yaaaaa….yyaaaa….aaahhh…enaaaakk..tekan yang…dalammm…yang kkuaaatt…mas….Heeennn… ooohhh.. sshhhh…enaakk…,” Anna merintih-rintih keenakan
Akupun semakin menghentakkan kontolku dalam-dalam di lubang vagina Anna sampai kurasakan kepala kontolku bersentuhan dengan dinding rahimnya, sambil tanganku tetap aktif meremas-remas payudara Anna, kadang-kadang payudara Anna kucengkram dengan kedua telapak tanganku saat aku menghentakkan kontolku, Annapun menjerit saat dinding rahimnya tersodok oleh kontolku,
“Aaawwww…sssshhh…aaaaahhhh….ssshhh…awwww….enaaakkk …aaawww…, terusss…mas Hen…terusss…puaskan aku dengan kontolmu itu….awwww… ssshh aaahhh…yang kuat…mas Hen…yang dalam…,”jerit Anna.
“Oooghhh…enak…An…enaakkk…kontolku…memekmu…juga .enak…saying.. oooghh…aaaaghhh,”akupun mengerang keenakan.
Gerakan kami semakin lama semakin tidak beraturan, tanda-tanda puncak kenikmatan kami hamper tiba, aku merasakan desakan-desakan kuat hendak menerobos keluar dari dalam kontolku, kurasakan Annapun mengalami hal yang sama putaran-putarannya tidak teratur lagi, tubuhnya mulai mengejang-ngejang, akupun tidak dapat membendung gelombang nikmat yang berusaha menerobos keluar dari kontolku, dan
Crreeeeetttttt….creeeetttt….creeeetttt…ccreeeetttt …kontolku memuntahkan sperma dengan kuat di lubang memek Anna.
“Aaannnnaaa, aakkkuuu keeluuaar….ooohhh…memekmu enaaakk.. Annn,”aku mengerang menyambut datangnya puncak birahiku, kontolku kubenamkan dalam-dalam di lubang memek Anna.
“Akkkuu juga maaass…oooohhh…aakkuuu keeluuaarrr jugaa….aaahhh…mass…,” Anna mengerang saat memeknya mulai menyemburkan cairan birahinya.
Sssssrrrrr…sssrrrrr…sssrrrrr…ssrrrrrr….kurasakan hangatnya cairan birahi Anna membasahi kontolku yang sedang berkedut-kedut menyemprotkan air maniku.
Setelah air maniku dan cairan birahi Anna meneteskan tetes terakhirnya, tubuh kami ambruk kelelahan, sementara kontolku masih berada dalam jepitan lubang vagina Anna, kuciumi leher dan telinga Anna.
“Enak…An…sayang…puas..kamu,”tanyaku
“heeh…,”jawab Anna sambil menganggukkan kepalanya dan berusaha menahan geli atas ciumanku.
“Mana…enak…dientot olehku….atau dientot suamimu..,”tanyaku lagi
“Ahhh…gak tau..kok nanyanya gitu sich,”jawab Anna malu sambil membenamkan kepalanya ditempat tidur.
“hehhee…hanya sekedar ingin tahu saja, mana hebat suamimu atau aku..kalau diatas ranjang,”tanyaku penasaran.
“Gak tau…gak tau…,”Anna menjawab dengan penuh rasa malu.
“iya udah deh…kalau kontolnya besaran dan panjangan punya siapa,”tanyaku lagi.
“Iiihh…mas Hen..nakal…genit…ganjen…rahasiaa…,”jawab Anna malu.
Menyaksikan Anna yang malu-malu seperti itu, membuatku terangsang kembali, kontolku yang sudah lemas dan masih dalam jepitan lubang vagina Anna, mulai menggeliat kembali.
“Eeeehhh….bangun..lagi…,”Anna kaget merasakan kontolku mulai menegang kembali.
“Hehehehe….minta nambah…nich, habis enak dan legit sich memekmu katanya,” jawabku
“Haah….busyet dach….bisa mati lemas aku disodok-sodok kontolmu itu,”Anna terpekik mendengar jawabanku
Akhirnya pertarungan itu kami lanjutkan kembali dengan Anna yang memegang kendali, kami bertarung sampai kami kelelahan dan baru kami sadari jam saat itu menunjukkan pukul 2.30 dinihari. Akhirnya kamipun tidur berpelukan, dengan Anna yang tidur diatas tubuhku dan kontolku masih dalam jepitan lubang vagina Anna.
Tamat.
“Tin, sini sebentar, aku mau tanya,”Aku memanggil Tina untuk mendekatiku.
“Ada apa Boss, pengen lagi yach,”Tina berkata lirih begitu dia sudah berada didekatku.
“Bukan itu, tapi kemarenkan waktu berhubungan, aku-kan keluarnya di dalam, aku takut kamu hamil ajach,”bisikku.
“Ooohhh…itu, gak usah takut boss, seperti Anna bilang everything under control…hihihihi… kirain minta nambah lagi,”jawab Tina sambil berlogat cadel seperti Anna saat mengucapkan Control.
“Uihhh..lega dah, emangnya masih mau ngerasain si otong gua ini,”jawabku sambil melepaskan nafas lega.
“Hhhmmmm… memekku masih gatal pengen digaruk lagi sama si otong, tapi badanku masih lemes, dan kurang tidur, pengen tapi tidak malam ini, hihihihi mau istirahat dulu, kalau besok malam pasti kulayani lagi si otong tuch sampe pagi,”kata Tina genit sambil mengedipkan matanya.
“hehehehe…sip dach,”jawabku.
Kemudian kami kembali di sibukkan melayani pengunjung yang kembali memenuhi stand kami, tanpa terasa jam menunjukkan pukul 13.00, kamipun bergantian untuk makan siang, Anna dan Tina menyuruhku untuk makan terlebih dahulu, karena kata mereka akukan bossnya jadi harus makan terlebih dahulu, yang mendapatkan bagian ke 2 untuk makan adalah Anna karena Tina ngotot yang tua lebih dulu makan takut pingsan katanya, Tina memang anaknya suka bercanda, usil, dan ceriwis juga.
Saat itu Tina yang mendapatkan giliran terakhir makan siang baru saja meninggalkan stand, dan para pengunjungpun sudah mulai sepi, terlihat Anna menggerakkan kepalanya sambil tangannya memijat-mijat pundaknya, melihat hal itu kuhampiri dia.
“Kenapa An, cape yach?” tanyaku
“hooh nich, pegel-pegel, pundak dan leherku tegang, terus yang paling parah ini nich betisku, kebanyakan berdiri,”kata Anna
“lagian kamu pake sepatu hak tinggi begitu sich, jelas ajach pegel,”kataku
“iyach ach, salah pake nich, seharusnya pake yang gak ada haknya,”Anna membetulkan perkataanku.
“Mau kupijitin gak,”aku menawarkan bantuannya.
“bener nich, mau dong, tapi jangan disini, gak enak kelihatan sama pengunjung, nanti ajach setelah acara ini selesai, mas Hen pijitin aku yach, makasih sebelumnya,”kata Anna
“Sip dach, pokoknya buat Anna yang cantik apa saja kan kulakukan,”kataku
“Uuuhh..mulai dah rayuan gombalnya, inget aku tuch udah punya suami, jangan genit lho, tar kulaporkan sama suamiku, hihihihi.”Anna berkata menggodaku.
“Eits…siapa yang genit, gak takut dilaporkan sama suaminya, lha aku kan Cuma nolongin mijit istrinya yang cuantik ini biar gak sakit,”kataku lagi.
Senda gurau kami terhenti karena ada beberapa pengunjung yang mendatangi stand kami, dari kejauhan kulihat Anna sedang bergegas mendatangi kami, kamipun kembali disibukkan dengan kegiatan kami lagi.
Tepat pukul 6 sore pameran hari inipun ditutup, kamipun berbenah merapikan stand kami, jam 6.30 tuntas sudah kami merapikan stand kami, kamipun melangkah ke restoran di hotel tersebut untuk makan malam.
Kami bertiga kembali kekamar kami masing-masing setelah selesai menyantap hidangan malam kami, kurebahkan tubuhku setelah aku masuk kedalam kamarku dengan tak lupa mengunci pintu kamarku, setelah rasa lelah dan pegalku reda, aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku, rasa segar kurasakan setelah kuselesai mandi, kukenakan celana boxerku dengan tanpa mengenakan dalaman, aku memang terbiasa dengan hanya mengenakan celana boxer saja, tanpa CD soalnya lebih bebas kurasakan, juga yang sudah menjadi kebiasaanku adalah aku tidak pernah mengenakan pakaian atau kaos untuk menutupi bagian atasku, aku lebih suka bertelanjang dada.
Kemudian kurebahkan tubuhku sambil menonton acara TV lokal, selang beberapa menit kudengar ketukan di pintu, dengan malas-malasan aku melangkahkan kakiku kepintu kamarku, kuintip lubang yang berada di pintu untuk memastikan siapa yang datang, kulihat dikoridor depan pintu kamarku tidak nampak seseorangpun.
“kurang ajar nich orang, gak ada kerjaan pake ngetuk-ngetuk pintu orang,”batinku menggerutu.
Saat kembali ketempat tidur, kembali kudengar ketukan pintu, dan baru kusadari ternyata suara ketukan itu berasal dari pintu yang menghubungkan kamarku dengan kamarnya Anna, kuhampiri pintu tersebut dan kubuka, dihadapanku terlihat pintu yang terletak dikamar Anna setengah terbuka dan wajah Anna yang melongok dari balik pintu tersebut.
“Ada apa, An?,”tanyaku
“Iihhh…lupa dia, jadi gak mau tolongin aku,”kata Anna sambil cemberut.
“Oohhh…yang mijitin kamu itu,”kataku memastikan.
“Ya..iyalah…memangnya minta tolong apalagi,”kata Anna masih cemberut
“Oohh…kukira gak jadi, hehehe”kataku sambil tertawa,
“Tapi An, aku-kan sudah terbiasa bertelanjang dada begini, kamu gak risihkan, soalnya males nich kalau mau pake kaos lagi,”tanyaku
“Hhmmm…yach udah, gak apa-apa dech, tapi bener yach mas Hen, jangan genit yach…,”kata Anna.
“masa aku dibilang genit sich, emang kapan kamu kugenit-in, eh…,”tanyaku
“Belom pernah sich,”kata Anna membuka pintunya lebar-lebar.
Akupun melangkahkan kakiku masuk kedalam kamar Anna, mengikuti langkah Anna yang menuju tempat tidurnya, dari belakang kulihat pantat Anna yang cukup besar itu bergoyang, bayangan garis CDnya terlihat dari balik dasternya yang berwarna kuning, sementara disebelah atas kulihat juga garis BHnya tercetak dengan jelas di dasternya itu.
“Mas Hen, aku tengkurap atau telentang nich,”Anna bertanya tentang posisinya.
“Tengkurap dong neng, kalau telentang nanti aku bukannya mijit…hehehe,”kataku
“Tuch kan, mas Hen mulai genit dech,”Anna merengut
“lha iyakan, barusan kamu tanya mo telentang apa tengkurap,”jawabku
Anna mencibirkan bibirnya, setelah itu ia membalikkan tubuhnya dan tengkurap diatas tempat tidur, akupun segera naik ketempat tidur, dan duduk di dekat kakinya Anna, kemudian akupun mulai memijat-mijat telapak kaki Anna.
“Mas Hen, kok pintar sich mijatnya,”tanya Anna setelah merasakan pijatan-pijatanku di telapak kakinya.
“hehehehe…gini-gini aku-kan pernah belajar bela diri,”jawabku
“hihihihi…ditanya pintar mijat, malah jawabnya pernah belajar bela diri, gimana sich,” Anna tertawa geli
“Iyach maksudku saat belajar bela diri itu aku juga diajarin untuk bisa membetulkan otot-otot yang keseleo,”jawabku sambil tetap tanganku memijat-mijat telapak kakinya
“Ooohhh…gitu.. tapi bener-bener enak mas, pijatannya,”kata Anna.
Sambil memijat mataku tidak pernah beralih dari bongkahan pantat Anna yang montok, pikiranku membayangkan meremas-remas pantat Anna, telapak kaki selesai kupijat, akupun beralih memijat-mijat betisnya Anna, kurasakan kulit Anna yang lembut, yang membuatku semakin membayangkan kehalusan kulit Anna di tempat yang lainnya, kudengar Anna beberapa kali memuji pijatanku yang dirasakannya enak sekali, telapak kakinya yang sudah selesai kupijat dirasakan olehnya sudah tidak berat seperti tadi siang.
Tanganku mulai merayap kearah paha Anna setelah kurasakan otot-otot betisnya Anna tidak terlalu tegang, dengan lembut kupijat-pijat paha Anna, Anna semakin mendesah keenakan merasakan pijatanku,
“Ooohh…Mas Hen, enak betul pijatanmu, alangkah beruntungnya gadis yang mendapatkanmu,”kata Anna
“hehehehe…apa hubungannya bisa mijat sama gadis,”kataku sambil tertawa
“adalah mas, kan tiap malam bisa minta dipijatin sama suami,”kata Anna
“Wah…itu sich enak di dia gak enak di gua, udah kerja seharian eh pulang kerumah disuruh mijatin, emang suaminya tukang pijat yach, hehhehe”kataku sambil tertawa dongkol
“hihihihi…marah dia, kan gak tiap hari mas, kalau istrinya pegal-pegal ajah,”lanjut Anna
Pijatankupun beralih kearah punggung Anna, tapi aku agak kesulitan memijat punggungnya Anna karena daster yang dikenakan oleh Anna berbahan satin, sehingga saat memijat-mijat punggungnya dasternya ikut tertarik-tarik, Annapun merasakan hal yang sama ia tidak merasakan enak saat dipijat punggungnya tersebut.
“Kok gak enak mas, gak seperti saat mijat betis dan pahaku,”Anna bertanya heran.
“Ini nich, dastermu yang bikin susah, selalu ngikutin gerakan tanganku,”jawabku.
“Eeehh…jadi harus gimana dong mas, punggung dan pinggangku juga pegal-pegal,”tanya Anna.
“heeh…mana kutahu, kecuali kalau dasternya dicopot baru dach tanganku leluasa memijat-mijat pinggang dan punggungmu,”kataku sambil berharap Anna mau melepaskan dasternya.
“Waduh…kalau dicopot berarti aku telanjang dong, wah bahaya…kalau mas Hen genit…ckckckck…gak ach,”kata Anna.
“telanjang sich gak juga, kan masih ada BH dan CDmu,”kataku kembali sambil masih tetap mengharap Anna melepaskan dasternya.
“Wahh..malu mas, tapi…hhhmmm…mas ambilin handuk dong di kamar mandi,”Anna kembali berkata sambil meminta tolong padaku untuk mengambilkan handuk.
Segera kuambilkan handuk tersebut dan kuserahkan pada Anna,
“mas Hen, balik badan dong, aku mau buka dasterku nich, jangan ngintip yach,”Anna berkata saat ia menerima handuk tersebut.
Tapi Anna lupa didepan tempat tidurnya itu terletak cermin yang besar sehingga biarpun aku membalikkan badan tapi bentuk tubuhnya yang hanya berbalut CD dan BH saja nampak dihadapanku walaupun cuma sebentar tapi cukup untuk menggeliatkan siotongku, dari cermin kulihat Anna sudah kembali tengkurap dengan handuk yang menutupi bagian pantatnya dan sebagian punggungnya.
“An, sudah belum,”aku pura-pura bertanya.
“sudah mas Hen, tapi mas Hen janji yach gak nakal yach…,”jawab Anna sambil memohon.
“iyach..ach…aku gak akan nakal, cuman badung ajach,”candaku
“iiihh…mas Hen…iiihh jangan dong..,”kata Anna sedikit ketakutan.
“iyach..aku bercanda kok,”kataku menenangkan Anna.
Lalu tanganku mulai bersentuhan dengan punggung Anna, tapi gerakkan tanganku saat memijat punggung Anna masih tidak dapat dengan leluasa karena terhalang oleh BH Anna,
“An, sorry yach…kaitan BHnya kulepas yach, kalau gak tanganku susah buat mijatnya nich,”kataku.
“hhmmmm… iyach dech…tapi janji yach mas, mas Hen gak akan nakalkan,”Anna mengiakan permintaanku.
Kulepaskan kaitan BHnya, karena BH yang dikenakan oleh Anna adalah BH tanpa tali jadi begitu kulepaskan kaitannya, gumpalan payudara Anna kulihat disamping kiri dan kanan punggungnya tersebut, kemudian akupun mengambil hand body Anna, lalu punggungnya mulai kulumuri hand body dan tanganku mulai bergerak perlahan memijat-mijat punggung Anna, agar lebih mudah kurubah posisiku, kukangkangi tubuh Anna, kedua lututku tepat berada disamping kiri dan kanan pinggang Anna dan pantatku bersentuhan dengan pantat Anna, si otongpun mulai menggeliat bangun, melihat kemulusan punggung Anna dan merasakan empuknya pantat Anna.
Dengan lembut tubuh Anna mulai kupijat-pijat, jari jemariku mulai menari-nari di bagian tengah punggung Anna mulai dari sekitar pinggang sampai ke leher, sambil tanganku sibuk memijat-mijat punggung Anna, mataku sibuk juga melirik gumpalan payudara Anna yang meluap kepinggir, dari posisiku sekarang ini gumpalan payudara Anna itu terlihat disamping kiri dan kanan punggungnya, kontolku semakin menegang.
Dari tengah sedikit demi sedikit jari jemariku kuarahkan kesamping kiri dan kanan punggungnya, sampai jari jemariku mulai menyentuh pinggiran payudara Anna, saat jemariku mulai menyentuh pinggiran payudara Anna itu, kulirik wajah Anna untuk melihat ada perubahan di wajahnya, kulihat kedua mata Anna tertutup dari mulutnya kudengar desahan lirih, setelah yakin tidak ada perubahan dan tidak ada penolakan dari Anna, jemariku semakin sering menyentuh pinggiran payudara Anna tersebut.
Setelah kurasakan cukup memijat-mijat punggung dan pinggiran payudara Anna, tanganku beralih ke bongkahan pantat Anna, kemudian kuremas-remas lembut kedua bongkah pantat Anna yang montok itu, setelah terlebih dahulu kusingkirkan handuk yang menghalangi gerakan dan pandanganku, saat kuremas-remas pantatnya kulihat paha Anna sedikit mengejang, perlahan-lahan tanganku turun kearah paha bagian dalamnya, kupijat-pijat lembut didaerah itu, kedua kakinya yang tadinya rapat mulai terbuka sedikit demi sedikit seiring dengan pijatan-pijatanku di kedua pahanya, silih berganti kupijat paha dan pantatnya Anna, semakin sering pula kudengar Anna mendesah.
Saat kaki Anna semakin terbuka lebar kulihat CDnya Anna dibagian kemaluannya sedikit basah, saat itu tanganku sedang memijat-mijat pantat Anna, dengan perlahan-lahan jari jempolku kuarahkan di dekat pangkal paha Anna dan jari jempolku mulai menekan area tersebut, sementara jari yang lainnya masih memijat-mijat pantat Anna.
“An, CDnya ngalangin nich, kubuka yach biar pijatanku lebih enak,”kataku sambil tidak menghentikan pijatanku.
Kulihat Anna menganggukkan kepalanya, melihat anggukan Anna, CD Annapun kulepaskan, dan juga tidak lupa kulepaskan celana boxerku, kulihat kepala kontolku sudah mengeluarkan cairan pelicin juga, aku kemudian bersimpuh di antara paha Anna dan melanjutkan pijatanku, kedua jempolku kembali kutekankan di pangkal paha Anna tepatnya dibibir vagina Anna, kulihat vagina Anna yang gembung, garis bibir vaginanya terlihat masih bagus, kutekan-tekan dengan lembut kedua pinggiran vaginanya tersebut dengan jempolku, sementara jemari yang lain secara bersamaan meremas-remas pantatnya.
Anna semakin mendesah-desah, dan pantatnya mulai terangkat sedikit demi sedikit, kedua kakinyapun semakin terbuka lebar seolah ingin memberikan ruang untukku, gerakan jempolku mulai berputar di kedua pinggiran vagina Anna, sehingga lubang vagina Anna mulai terlihat karena gerakan berputar jempolku tersebut, ingin rasanya kusedot dan kujilati vagina Anna yang berwarna merah muda itu, tapi kutahan hasratku tersebut karena takut akan membuat Anna kaget, bisa hilang nanti burung yang hampir dalam genggamanku.
Gerakan jempolku yang berputar merambat perlahan-lahan kearah kelentitnya Anna, lalu dengan bergantian jempol kiri dan kananku mulai mengelus dan menekan kelentit Anna, kelentit Annapun mulai terlihat oleh mataku, warnanya merah muda, bentuknya kecil sebesaran kacang kedelai, ingin rasanya kujilati kelentit itu, tapi lagi-lagi kutahan hasratku untuk melakukan hal itu, sementara kontolku sudah mengeras sekali sudah sangat siap untuk menerobos masuk kedalam lubang senggama Anna.
Kurasakan kedua jempolku sudah semakin basah oleh cairan birahi Anna, nampaknya sudah waktunya untuk melakukan keinginanku yang dari tadi kutahan,
“An…Anna…enak pijatanku…,”tanyaku dengan nafas yang sedikit memburu karena menahan birahiku.
“Hhhmmm….hhhmmmm….,”gumam Anna sambil menganggukkan kepalanya.
Melihat Anna yang sudah pasrah itu, akupun semakin berani,
“mau yang lebih enak..lagi An,”tanyaku kembali.
Anna tidak menjawab pertanyaanku tapi kulihat kepalanya sedikit terangguk, melihat hal itu, akupun tidak mau membuang kesempatan emas tersebut, tanpa membuang waktu lagi kontolku kuarahkan ke lubang vaginanya Anna, keinginanku untuk menjilati kelentitnya Anna terpaksa kutunda dahulu, takut nanti Anna berubah pikiran saat merasakan jilatan lidahku di kelentitnya,
Sleeeeppp……kepala kontolku mulai terjepit di lubang vagina Anna, dan tanpa menunggu lebih lama lagi,
Bleeeessss…..kontolku mulai menyeruak masuk kedalam rongga senggama Anna, perlahan tapi pasti, kontolku mulai terbenam sedikit demi sedikit.
Bleeesssssss….kutekan lagi kontolku masuk kedalam rongga vagina Anna sehingga terbenam seluruhnya.
Kurasakan vagina Anna ini sempit tapi tidak sesempit punya Tina, karena kontolku yang besar ini dapat dengan mudah menerobos masuk walaupun sedikit peret,
“Ooogghhh…An, memekmu sempit juga,”Aku mengerang merasakan jepitan memeknya Anna.
“Hhhmmmm…ooohhhh…mas Hen…,”Anna mendesah merasakan lesakan kontolku di memeknya.
Pantat Anna semakin menungging keatas, sementara tubuh bagian atasnya tetap menempel di tempat tidur, setelah mendiamkan sebentar kontolku didalam lubang vagina Anna, kemudian dengan bertumpu pada kedua tanganku, kontolku mulai keluar masuk di memek Anna, kulihat kontolku yang keluar masuk di memek Anna mengkilat karena cairan birahi Anna.
“Hhhmmm…ssshhh…aaaaahhh…hhhmmmm..ssshhh…,”Anna mendesah keenakan merasakan sodokan-sodokan kontolku di memeknya.
Kulihat kedua mata Anna terpejam, dan kedua tangannya mencengkram kain seprei, dari mulutnya semakin terdengar rintihan-rintihan nikmat, kurasakan memek Anna semakin basah dan kontolku semakin leluasa keluar masuk, gerakan keluar masuk kontolku semakin kupercepat, dan kulihat cengkraman Anna semakin kuat mencengkram kain sprei,
“Ouuughhhh…ssshhh…aaaahhh…..ssshhh…aaahhh…mas Hen…,”Anna merintih-rintih.
“Enaaakk.. An…sayang…kontolku..enak…,”akupun mendesah
“Ooohhh…sshhh…hhhheeehhh..ssshhhh…aaaahhhh…,”kemba li Anna mendesah seolah menjawab pertanyaanku.
Tak lama kemudian kurasakan tubuh Anna, pantatnya serta kakinya mengejang, mengetahui hal itu akupun semakin mempercepat gerakanku, karena kutahu sebentar lagi Anna akan mencapai puncak kenikmatannya, perkiraanku betul selang beberapa detik setelah kupercepat genjotanku, Annapun melengking,
“Maaaasss….Heeenn.. aakuuu…keluaaarr….ooohhhh..aaaaahhh…ssshhh…,” Anna melengking menyambut kedatangan puncak kenikmatannya.
Ssssrrrrr… Sssssrrrrr…. Srrrrrr…. Srrrrr……
Kurasakan kontolku menjadi hangat oleh siraman cairan kepuasan Anna, dan kurasakan dinding vaginanya berdenyut dengan cepat, seolah-olah sedang meremas-remas kontolku, sengaja kontolku yang barusan kubenamkan dalam-dalam saat Anna mencapai puncak itu tidak kugerakkan karena aku ingin menikmati sensasi kedutan dinding vagina Anna.
Kuciumi kuduk, leher dan telinga Anna, untuk memberikan sensasi nikmat yang lebih,
“Mas Heen, jahat…aku jadi berkhianat sama suamiku,”kata Anna dengan nafas masih tersengal-sengal.
“Ehh..jahat…apa? hehehe…kan kutanya tadi apa mau lebih enak lagi,”jawabku pura-pura bego.
“Iyaah…tapi pijatannya mas Hen itu bikin orang terangsang sich,”Anna berkata lagi.
“Hhmmm..ya kalau gitu kan bukan salahku, iya kan,”jawabku berkelit.
“Tau aaah…mas Hen nakal, aaauuugghhh…,”kata Anna sambil menjerit karena saat itu kontolku mulai kugerakkan lagi.
“Sudah…sudah..mas Hen…masa gak cukup satu kali,”kata Anna mencoba untuk menghentikan aksiku.
“hehehe..jangan curang dong saying, yang sudah puaskan baru kamu aja, aku kan belum keluar,”kataku sambil tetap menggerakkan kontolku dan mulai menciumi kuduk, leher dan telinga Anna.
“Mas..Hen…jangan..gelliiii…aaaawwww…mas Hen belum keluar, ooohh..awww..geli. kukira sudah keluar juga…mas geli..mas..Hen…nakal yach…,”Anna berkata sambil kegelian akibat ciumanku.
“Hhmmm…sslrrrppp…iya…puaskan aku An,”kataku sambil menjilati dan menghisap lehernya Anna.
“Mas Hen…jangan …mas…geli…jangan ciumi leherku…ooohh…mas…,”Anna memohon padaku untuk tidak menciumi lehernya.
“Sudah…mas…sudah… aku pasrah..mau diapain juga…tapi jangan leherku…mas.. oohhh…memekku nanti semakin basah…,”Anna mulai mendesah-desah antara geli dan nikmat.
Dengan perlahan-lahan tubuhnya mulai kuangkat, dengan berlutut aku mulai menggenjot Anna yang juga berlutut, sementara tubuhnya bersandar pada tubuhku, kedua tanganku mulai aktif meremas-remas kedua payudaranya yang montok, dengan perlahan-lahan aku mulai memutarkan tubuh kami, sehingga posisi tubuh kami menghadap kearah cermin, sekarang dapat kulihat kedua payudara Anna yang montok dihiasi dengan kedua putingnya yang berwarna merah muda, sungguh jauh berbeda dengan warna putingnya Tina yang coklat, dengan gemas kuremas-remas kedua payudara itu, dan kedua putingnyapun tidak luput dari aksiku, Anna semakin mendesah,
“ooohh… mas Hen… oooohh… ssshhhh… mas… ssshhhh… puaskan… aku… lagi.. mas…. ,”Anna merintih-rintih minta dipuaskan lagi.
Tubuh Annapun mulai bergerak seirama dengan gerakan keluar masuknya kontolku, Anna mendorong mundur pantatnya saat kontolku melesak masuk dan ia menarik maju pantatnya saat kontolku keluar dari lubang vaginanya, bukan itu saja Anna juga memutar-mutarkan pantatnya saat maju-mundur.
Aku merasakan enak yang sangat akibat putaran-putaran pantat Anna, kontolku seperti di pilin-pilin oleh dinding vaginanya, kulihat di cermin Anna dengan mulut setengah terbuka dan mata yang terpejam, nampaknya Anna betul-betul menikmati sodokan-sodokan kontolku.
“ooohhh…ssshhh…enaakk…mas….enaaakk…diputar…putar…b egini… aku enaakk juga…kontolmu..mas…Hen..besaaarr…paanjaanng…,”rint ih Anna.
“hhheeehhh…enaak..An, terus putaaar…saayang…teruss…,”akupun mengerang menikmati goyangan Anna.
Keringat kami semakin banyak, dan menimbulkan bunyi kecipak saat pantat Anna beradu dengan perutku, suaranya membuat kami semakin terangsang, gerakan kami semakin menggila, Annapun semakin cepat memutar pantatnya sementara aku sendiri semakin cepat mengeluar masukkan kontolku di vagina Anna.
Rintihan, erangan dan desahan kami saling bersahutan, Anna yang pada babak pertama tadi hanya bisa pasrah saja, pada ronde kedua ini aksinya sungguh bertolak belakang, rintihannya semakin sering terdengar,
“ooohhh…mas …genjot kontolmu….yaaaaa….yyaaaa….aaahhh…enaaaakk..tekan yang…dalammm…yang kkuaaatt…mas….Heeennn… ooohhh.. sshhhh…enaakk…,” Anna merintih-rintih keenakan
Akupun semakin menghentakkan kontolku dalam-dalam di lubang vagina Anna sampai kurasakan kepala kontolku bersentuhan dengan dinding rahimnya, sambil tanganku tetap aktif meremas-remas payudara Anna, kadang-kadang payudara Anna kucengkram dengan kedua telapak tanganku saat aku menghentakkan kontolku, Annapun menjerit saat dinding rahimnya tersodok oleh kontolku,
“Aaawwww…sssshhh…aaaaahhhh….ssshhh…awwww….enaaakkk …aaawww…, terusss…mas Hen…terusss…puaskan aku dengan kontolmu itu….awwww… ssshh aaahhh…yang kuat…mas Hen…yang dalam…,”jerit Anna.
“Oooghhh…enak…An…enaakkk…kontolku…memekmu…juga .enak…saying.. oooghh…aaaaghhh,”akupun mengerang keenakan.
Gerakan kami semakin lama semakin tidak beraturan, tanda-tanda puncak kenikmatan kami hamper tiba, aku merasakan desakan-desakan kuat hendak menerobos keluar dari dalam kontolku, kurasakan Annapun mengalami hal yang sama putaran-putarannya tidak teratur lagi, tubuhnya mulai mengejang-ngejang, akupun tidak dapat membendung gelombang nikmat yang berusaha menerobos keluar dari kontolku, dan
Crreeeeetttttt….creeeetttt….creeeetttt…ccreeeetttt …kontolku memuntahkan sperma dengan kuat di lubang memek Anna.
“Aaannnnaaa, aakkkuuu keeluuaar….ooohhh…memekmu enaaakk.. Annn,”aku mengerang menyambut datangnya puncak birahiku, kontolku kubenamkan dalam-dalam di lubang memek Anna.
“Akkkuu juga maaass…oooohhh…aakkuuu keeluuaarrr jugaa….aaahhh…mass…,” Anna mengerang saat memeknya mulai menyemburkan cairan birahinya.
Sssssrrrrr…sssrrrrr…sssrrrrr…ssrrrrrr….kurasakan hangatnya cairan birahi Anna membasahi kontolku yang sedang berkedut-kedut menyemprotkan air maniku.
Setelah air maniku dan cairan birahi Anna meneteskan tetes terakhirnya, tubuh kami ambruk kelelahan, sementara kontolku masih berada dalam jepitan lubang vagina Anna, kuciumi leher dan telinga Anna.
“Enak…An…sayang…puas..kamu,”tanyaku
“heeh…,”jawab Anna sambil menganggukkan kepalanya dan berusaha menahan geli atas ciumanku.
“Mana…enak…dientot olehku….atau dientot suamimu..,”tanyaku lagi
“Ahhh…gak tau..kok nanyanya gitu sich,”jawab Anna malu sambil membenamkan kepalanya ditempat tidur.
“hehhee…hanya sekedar ingin tahu saja, mana hebat suamimu atau aku..kalau diatas ranjang,”tanyaku penasaran.
“Gak tau…gak tau…,”Anna menjawab dengan penuh rasa malu.
“iya udah deh…kalau kontolnya besaran dan panjangan punya siapa,”tanyaku lagi.
“Iiihh…mas Hen..nakal…genit…ganjen…rahasiaa…,”jawab Anna malu.
Menyaksikan Anna yang malu-malu seperti itu, membuatku terangsang kembali, kontolku yang sudah lemas dan masih dalam jepitan lubang vagina Anna, mulai menggeliat kembali.
“Eeeehhh….bangun..lagi…,”Anna kaget merasakan kontolku mulai menegang kembali.
“Hehehehe….minta nambah…nich, habis enak dan legit sich memekmu katanya,” jawabku
“Haah….busyet dach….bisa mati lemas aku disodok-sodok kontolmu itu,”Anna terpekik mendengar jawabanku
Akhirnya pertarungan itu kami lanjutkan kembali dengan Anna yang memegang kendali, kami bertarung sampai kami kelelahan dan baru kami sadari jam saat itu menunjukkan pukul 2.30 dinihari. Akhirnya kamipun tidur berpelukan, dengan Anna yang tidur diatas tubuhku dan kontolku masih dalam jepitan lubang vagina Anna.
Tamat.
Post a Comment