Cerita Dewasa: Mona Korban Pemerkosaan Bapak Kost Bagian 1 - “Huuuh..nyebelin banget sih tuh aki-aki..” gerutu Mona sambil mengunci pintu kamar kostnya. Kembali hari ini ia sebel dengan Pak Mahmud, si bapak kostnya yang sering bersikap genit dan terkadang menjurus kurang ajar terhadap dirinya. Kejadiannya tadi saat dia pulang kantor berpapasan dengan Pak Mahmud yang sedang berusaha memaku sesuatu di dinding.
“Sore pak..lagi ngapain pak..?” sapa Mona demi kesopanan.
“Eh..mba Mona dah pulang..”sahut Mahmud dengan mata berbinar.
“Kebetulan aku mau minta tolong sebentar bisa?” Mona yang mau buru-buru ke kamar terpaksa menghentikan langkahnya dan menoleh.
“Apaan pak?” tanyanya sekenanya, kembali ia kesal melihat pandangan mata pak tua itu yang jelalatan ke arah dadanya.
“Ini loh..kamu bisa pasangin lukisan ini ga kepaku yang dah saya pasang itu, takutnya tangganya goyang banget karena berat badan saya, maklum agak gendut gini ribet jadinya” katanya sambil cengengesan dan kembali pandangan matanya menyantap kulit leher Mona yang mulus.”nanti saya pegangin tangganya”.
Mona menyanggupi dan dia menaiki tangga yang memang sudah goyang itu, gadis itu baru sadar pas naik ke pijakan kedua bahwa tangga itu memiliki jarak yang cukup lebar antara pijakan-pijakannya, jadi saat kakinya naik ke pijakan kedua, dirinya yang saat ini menggunakan rok span ketat agak kesulitan dan roknya menjadi tertarik ke atas sehingga pahanya menjadi terbuka. Kejadian itu berulang lagi saat ia ke pijakan ketiga, bahkan jaraknya makin jauh sehingga pahanya makin terbuka lebih lebar. Mona mengutuk dalam hati, saat melirik Pak Mahmud yang dengan senyum mesumnya menikmati pahanya yang jenjang dan berkulit mulus bersih itu.
Melihat pemandangan indah ini, Pak Mahmud merasa nafasnya sesak sama sesaknya dengan penisnya yang jadi menegang. Sungguh indah bentuk paha gadis ini dan ia dengan bebas bisa melihat dari dekat, ingin rasanya mengelus paha montok nan mulus itu, tapi ia menahan diri. Ia menyerahkan lukisan ke Mona untuk dipasang, tapi karena nyantolinnya masih agak tinggi maka gadis itu harus memasangnya dengan mengangkat tangannya setinggi mungkin, ia tidak sadar bahwa karena gerakannya itu blusnya yang pendek ikut tertarik ke atas sehingga terlihat kulit pinggangnya yang ramping sampai ke perut di bawah dadanya.
Dengan sengaja Pak Mahmud menggoyangkan tangganya sehingga memperlama dirinya untuk bisa menikmati pemandangan pinggang berkulit mulus gadis itu. Setelah selesai terpasang, Mona menurunkan kaki kirinya ke pijakan kedua yang ternyata tanpa sepengetahuannya telah dilonggarkan pakunya. Sambil terus menikmati paha Mona yang terbuka kembali, Pak Mahmud bersiap-siap.
“Eiiihh…eiihh..” Mona menjerit kecil saat pijakannya lepas dan ia terjatuh ke belakang dan saat itu dengan sigap Pak Mahmud menangkapnya sehingga tidak sampai terjatuh lebih parah. Merah muka gadis itu karena satu tangan yang menahan dirinya memegang tepat ke pantatnya dan sepertinya ia merasa tangan itu sedikit meremasnya. Dengan cepat ia menjauhkan badannya dari “pelukan” Pak Mahmud yang mengambil kesempatan itu.
“Waduh, untung sempet saya pegangin mba nya, kalo ngga bisa berabe tuh..” ujar Pak Mahmud cengengesan yang masih menikmati hangatnya tubuh dan kenyalnya pantat Mona tadi walau sesaat tadi.
“Mmm..iya pak, makasih..udah kan pak ya..” tukas Mona sambil ngeloyor pergi dengan diikuti pandangan Mahmud yang menikmati gerakan pinggul gadis yang montok itu.
“Hmmm..tunggu aja ntar ya..lo bakal kena ama gua” pikir pria tambun setengah tua ini dalam hati. Sudah banyak planning yang kotor dan mesum darinya yang memang punya sedikit kelainan seks ini. Di dalam kamar, Mona masih sebel sama kejadian tadi. Sudah terlalu sering ia mendapat perlakukan atau kata-kata yang menjurus mesum dari bandot tua itu, tapi ia berusaha menahan diri mengingat bahwa tempat kost ini cukup murah dengan fasilitas yang ada juga ditambah lagi dengan lokasi yang di tengah kota dan dekat ke tempat kerja atau mau ke mana- mana. Maka ia memutuskan untuk tetap bertahan asalkan si mesum itu tidak terlalu kurang ajar. Bila ketemu pasti Mona merasa risih dan agak ngeri ngeliat mata Mahmud yang seperti menelanjangi sekujur tubuhnya, tapi terkadang selain ngeri dan risih gadis itu juga merasakan bangga dan senang karena kecantikan dan tubuhnya menjadi perhatian sampai seperti itu walau Mahmud bukan levelnya untuk bisa menikmati dirinya. Beberapa kali kalau berpapasan sama Mahmud dan berbincang- bincang, selalu saja tangannya tidak pernah diam menjamah, walau hanya menjamah pundak atau lengannya tetap saja gadis itu merasa risih karena sambil melakukan itu bapak kost itu merayu dengan kata-kata yang kampungan.
“Ahh..udahlah, ga penting juga..mendingan gua mandi” kata Mona dalam hati Sambil berkaca ia mulai melepas satu per satu kancing blusnya dan melepasnya sehingga bagian atasnya kini hanya tertutup BH biru muda yang susah payah berusaha menutupi payudara berukuran 34D itu. Dengan pinggang yang ramping, maka buah dada itu tampak sangat besar dan indah dan karena Mona rajin ke fitness makin tampak kencang dan padat. Sungguh merupakan idaman bagi semua laki- laki di dunia bagi yang dapat menikmatinya. Lalu ia melanjutkan dengan melepas rok span-nya ke bawah sehingga kini tubuh yang memiliki tinggi 168cm ini hanya ditutupi bra dan cd yang berwarna senada. Body yang akan membuat laki-laki rela untuk mati agar bisa mendapatkannya, memiliki kulit putih asia dan dihiasi dengan bulu-bulu halus nan lembut. Menjanjikan kehangatan dan kenikmatan dunia tiada tara. Mona melepas kaitan bra disusul dengan cd-nya yang segera dilemparkan ke ember tempat baju kotor. Ia memandang sejenak ke cermin, melihat payudaranya seperti “bernafas” setelah seharian dibungkus dengan bra. Gumpalan daging yang kenyal dan padat dengan puting berwarna coklat muda sungguh menggairahkan.
“Auuh…” gadis itu sedikit merintih atau tersentak saat ia memegang kedua putingnya, serasa ada aliran listrik menyengat lembut dan menimbulkan rasa sensasi geli pada kemaluannya yang tanpa sadar tangan kirinya turun ke arah vaginanya dan sedikit membelainya. Sambil senyum-senyum sendiri, gadis itu membayangkan dada telanjangnya dan membusung ini selalu menjadi sasaran remasan dari Roy pacarnya yang tidak penah bosan juga mengulum puting dan menciumi kulit payudaranya yang mulus dan harum itu. Tidak percuma ia setiap 3 hari sekali memberikan lulur pada tubuhnya, terutama pada payudaranya yang sampai sekarang memiliki aroma yang memabukkan walaupun dalam kondisi berkeringat. Mona menghela nafas panjang menahan gejolak birahi yang timbul, dan sekarang ia merasa ingin dilampiaskan. Padahal baru tadi malam ia berenang di lautan asmara yang menggelora dengan pacarnya. Ia merasa dirinya selalu saja haus akan belaian pacarnya, padahal hampir setiap ketemu mereka bercumbu dengan hot dan yang suka bikin ngiler adalah mengulum penis Roy sampe bisa keluar spermanya. Kini ia membayangkan ukuran penis Roy saja udah bikin deg- degan, ga sabar untuk ketemu dan mengemut-ngemut batang kemaluan yang kokoh itu.
“Huuuh..mending gua mandi aja deh, otak gua jadi kotor nih..” Selesai mandi, sedikit terusir pikiran-pikiran tadi karena sudah tersiram air dingin.
“Loh, kok ga bisa sih nih?” Mona sudah beberapa saat ngga bisa memutar kunci lemari bajunya, ia masih coba terus beberapa saat tapi masih ga bisa juga. “Duh, mesti minta tolong ama bandot itu dong” keluhnya Untungnya masih ada baju di keranjang yang belum sempat dimasukkan ke dalam lemari. Tapi setelah memilih-milih, di keranjang baju itu hanya ada underwear 2 pasang dan baju- baju khusus tidur yang tipis dan seksi serta baju dalaman sexy seperti tanktop dan rok mini yang mininya 20 cm dari lutut. Dari pada pakai baju tidur tipis ia memilih rok mini dan tank top yang rendah belahannya. Sebelum ke Pak Mahmud, Mona memilih untuk makan malam dulu di ruang makan bersama, sambil makan ia menyalakan tv dan duduk di ujung sofa.
“Ehh..mba Mona baru makan ya..bapak temenin ya, ga baik cewe seseksi kamu makan sendirian” tiba-tiba si bandot itu muncul, dan langsung menyantap paha Mona yang disilangkan itu, sungguh mulus, lalu ia duduk di samping gadis itu.
“Ia pak..sekalian makan pak… terus sama minta tolong kok lemari baju saya ga bisa dibuka yah?” pinta Mona sambil menggeser menjauh dan berusaha dengan sia-sia menarik turun rok mininya.
“buset tuh mataaaa…abis gua..” katanya dalam hati.
“Ooo gitu, nanti saya periksa deeeh…” “
Makasih ya pak”. Mona buru- buru nyelesaiin makannya, saat tiba-tiba ia merasa dadanya bagian putingnya terasa gatal. Awalnya berusaha ditahan saja tapi makin lama makin meningkat rasa gatalnya, dan bukan itu saja kini ia merasakan hal yang sama pada vaginanya. Ia masih berusaha menahan tapi sudah hampir tidak kuat, duduknya jadi gelisah dan ia berusaha menggoyangkan badannya agar rasa gatal itu hilang bergesekan dengan bahan bra-nya dan ia mempererat silangan kakinya. Tapi rasa gatalnya tidak berkurang, bahkan kini seluruh daging kenyal payudaranya terasa gatal.
“Ouuuhh..” akhirnya Mona tidak tahan dan ia menggaruk sedikit kedua payudaranya dengan tangannya, saat ia menggaruk terasa nyaman sekali karena gatalnya berkurang tapi sulit untuk berhenti menggaruk. Sambil memejamkan matanya karena keenakan menggaruk ia lupa ada Pak Mahmud di situ.
“Kenapa kamu? Kamu kegatelan yaah?” “Uuuhh…sssshh..ehm, i…iya pak..” terkejut Mona karena baru ingat ada si bandot di sampingnya, tapi ia terus menggaruk makin cepat dan karena tak tahan ia menggaruk juga ke pangkal pahanya..
“Uuuuuffh..ssshh…” aliran darah Mona berdesir cepat karena sensasi menggaruknya itu selain menghilangkan rasa gatal juga membuat birahinya tergelitik.
“per..permisi pak..uuffh..” sambil terus menggaruk ia mau bangkit dari kursi tapi rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya dia hanya terduduk kembali sambil terus menggaruk Sedetik ia melihat Mahmud hanya menonton dengan pandangan penuh nafsu setan ke dirinya yang terus menggaruk itu. Gadis itu mengutuk karena ia memberikan tontonan gratis kepada pria tua itu tanpa dapat mencegah. Gerakannya makin cepat dan tidak karuan karena kedua tangannya hanya bisa menggaruk – menggaruk bagian dari 3 bagian tubuhnya yang terserang itu, kini rok mininya sudah tersingkap semua karena ia harus menggaruk liang kemaluannya sehingga memperlihatkan kedua pahanya yang jenjang dan berkulit putih mulus itu. Gadis itu terus merintih-rintih karena kini rasa gatalnya sepertinya tidak bisa digaruk hanya dengan garukan yang masih terhalang kaos dan bh untuk kedua payudaranya dan celana dalam tipisnya untuk vaginanya, tubuhnya serasa lemas karena rasa gatal dan birahinya yang kini membuat vaginanya menjadi basah dan ia merasa putingnya mengeras.
“Misi pak…mau ke kamar dulu niiih..uuhh..” Kata Mona, tapi Pak Mahmud diam saja menghalangi jalan keluarnya. Rasanya ingin marah saja tapi rasa gatal itu menghalangi rasa marahnya. Karena akhirnya ia tidak tahan dan tidak bisa mencegah lagi, dengan serabutan dan cepat ia menarik tali tank topnya kebawah dan menarik turun branya sehingga kini buah dadanya telanjang yang segera ia menggaruk dengan cepat dua gunung indah itu terutama putingnya yang kini sudah mancung dan mengeras, kakinya bergerak blingsatan karena rasa gatal pada vaginanya makin menghebat. Pak Mamud tertawa dalam hati, ia menikmati melihat indahnya pemandangan di depannya itu, betapa buah dada Mona yang berbentuk bulat kencang itu tidak tertutup apapun serta baju Mona yang sudah tidak keruan. Senang ia melihat gadis yang cantik tapi sombong ini kini tampak tidak berdaya. Rencana awal ini berhasil dengan baik, yang ternyata ia telah mengganti kunci lemari baju Mona dan menaruh bubuk gatal pada pakaian dalam gadis itu dan sengaja memilihkan baju yang seksi tertinggal di luar lemari. Tangan Mona masih bergerak cepat berpindah-pindah mencoba menggaruk 3 bagian tubuh, makin lama makin menghebat dan dari mulutnya meracau tidak jelas. Dengan susah ia berusaha menggaruk vaginanya secara langsung tapi ia kesulitan karena harus menggaruk putingnya.
“Saya bantu ya sayang…” tanpa disuruh ia menarik turun celana dalam tipis Mona, sehingga sekarang terlihat “bibir” bawah tersebut yang dihiasi bulu-bulu halus. Tampak indah sekali dan menggairahkan.
“Nggeeh..ja..gan kurang ooouhh..”ia tidak dapat melanjutkan umpatannya karena ia menikmati garukan pada vaginanya walau ia harus berpindah lagi sambil merintih- rintih terus Ia terkejut sesaat ketika tangan Pak Mahmud mengelus-elus pahanya, tapi ia tidak bisa memperdulikannya lagi yang penting ia harus terus menggaruk. Dengan leluasa Pak Mahmud menjelajahi lekuk liku tubuh montok itu tanpa penolakan, kulit pahanya terasa lembut dan daging paha sintal itu terasa kenyal dan hangat dalam usapannya. Karena belaian- belaian yang dilakukannya ini membuat Mona makin menggelinjang karena kini birahinya sudah melonjak.
“Biar ini aku yang bantu yaah..” dengan sigap jari-jari tangannya hinggap di vagina Mona dan menggeseknya dengan liar.
“Ouuuuhh…ss..stoopp…aiiieh… iyaa…ouuhh” ngga jelas Mona mau ngomong apa, sedetik ia tahu vaginanya sedang diobok- obok oleh orang yang dia sebel, tapi ia tidak tau dan tidak berdaya karena rasa gatal dan nafsunya yang memuncak sehingga dia tidak mampu menolak perbuatan Mahmud. Kini ia fokus menggaruk payudaranya, tidak hanya digaruk tapi juga diremas-remas dan memuntir-muntir putingnya sendiri. Dengan leluasa Mahmud menggesek-gesek bagian tubuh yang paling rahasia milik gadis itu. Hampir 5 menit kini liang vagina itu sudah becek dan menimbulkan bunyi kecipak karena gerakan jari-jari Mahmud yang sudah ahli itu.
“aaahh..jgn dilepas..ohh…pak..” jerit Mona saat tangan Mahmud mengangkat tangannya dari vaginanya yg sudah basah itu dan malah “cuman” mengelus- elus pahanya dan meremas pantatnya.
“Kenapa sayang..? kamu mau aku untuk terus mengobok-obok memek kamu..?” tanya Mahmud.
“Ngeh..ngeh..iii yaaa paakk… ouufh..” diantara engahannya
“kamu yakin..??”
“uuhh…ngeh… sssh..” ia hanya mengangguk
“kamu mohon dong sama aku..paaak Mahmud sayang, tolong obok-obok memek saya… please saya mohon” Mendengar perintah itu, sekejap Mona merasa malu dan marah tapi segera terganti kebutuhan body-nya yang sudah terbakar birahi secara aneh itu. Ia berusaha untuk tidak mengucapkan itu dengan terus menggaruk, tapi ia tidak kuat..
“ouuh..ngeh..Pa..Pak Mahmud sssss….sayaaang, ooh..tol..long obok…obok me…nggeh…memek sayaaaa…pleeeeease… uuuff.. saya mohoooonn…” erang Mona.
“Tentu sayang…” Lalu dengan sigap jarinya menggerayangi bibir vagina Mona yang becek itu dan menggesek dengan cepat. Mona melenguh penuh nikmat sambil meregangkan badannya, lalu tersentak hebat saat jari itu menusuk masuk dan menemukan klitorisnya “Haaa..ternyata disitu yaaa…” dengan ahli ia memainkan jari itu pada g-spot tsb yang mengakibatkan Mona mendesah- desah. Gadis itu merasakan terbentuknya sensasi orgasme menanjak naik..
“Oouuhh…ja.nggaannn..” ia berusaha menahan dirinya, tapi gerakan jari Mahmud makin menggila dan terus menggila, ia sudah hampir tidak tahan. Sambil menggigit bibirnya dan memejamkan matanya ia berusaha menahan klimaksnya, tidak mengira bahwa dirinya dapat dibuat klimaks oleh Mahmud.
“Ouuuuuuhhhhhh…. aaaiiiieeeeeeeeeee…..” dengan teriakan panjang Mona mencapai puncaknya dan tubuhnya menggetar keras. Cairan makin deras membahasai liang vaginanya, ia menikmati setiap detik sensasi luar biasa itu. Tubuhnya makin lemas dan pandangannya nanar. Ia tak mampu menolak saat Mahmud menunduk dan mencium bibirnya yang tipis.
“mmmmmpphhh…..” Mona mengerang dan sulit menolak saat lidah Mahmud memasuki rongga mulutnya dan melilit-lilit lidahnya, bahkan tanpa sadar ia membalas ciuman itu. Sementara tangan Mahmud masih mengocok kencang dan gadis itu merasakan kembali orgasmenya mau menyeruak lagi..apalagi saat ciuman Mahmud berpindah mencium puting kirinya..
“Auukkh..ssttopp..ssssshh… ssshh..” tapi Mona malah membusungkan dadanya mempermudah Mahmud menikmati puting kerasnya. Kini rasa gatalnya sudah terganti dengan desakan nafu setan yang tidak pernah terpuaskan, tangannya yang bebas dituntun oleh Mahmud ke penisnya di balik sarungnya.
“oouuh..bes..bessar banget ppaakk..” gumam Mona tanpa sadar saat merasakan batang hangat yang berdenyut-denyut dalam genggamannya, ia melirik ke arah batang kemaluan Pak Mahmud yang ternyata lebih besar dibanding milik pacarnya, pikiran nafsunya tanpa sadar membayangkan apakah ia mampu untuk mengulum penis itu dalam mulutnya atau membayangkan bagaimana rasanya bila penis itu menyerang vaginanya. Dengan birahinya yang terus membara dan terus dijaga geloranya oleh Mahmud, Mona dengan suka rela mengocok-ngocok penis raksasa Pak Mahmud itu, ia sudah tidak ingat akan bencinya dia terhadap pria tua berumur 60 tahun itu. Mahmud mulai mendesah-desah keenakan di antara kulumannya pada kedua puting Mona.
bersambung... KLIK DISINI Selanjutnya
“Sore pak..lagi ngapain pak..?” sapa Mona demi kesopanan.
“Eh..mba Mona dah pulang..”sahut Mahmud dengan mata berbinar.
“Kebetulan aku mau minta tolong sebentar bisa?” Mona yang mau buru-buru ke kamar terpaksa menghentikan langkahnya dan menoleh.
“Apaan pak?” tanyanya sekenanya, kembali ia kesal melihat pandangan mata pak tua itu yang jelalatan ke arah dadanya.
“Ini loh..kamu bisa pasangin lukisan ini ga kepaku yang dah saya pasang itu, takutnya tangganya goyang banget karena berat badan saya, maklum agak gendut gini ribet jadinya” katanya sambil cengengesan dan kembali pandangan matanya menyantap kulit leher Mona yang mulus.”nanti saya pegangin tangganya”.
Mona menyanggupi dan dia menaiki tangga yang memang sudah goyang itu, gadis itu baru sadar pas naik ke pijakan kedua bahwa tangga itu memiliki jarak yang cukup lebar antara pijakan-pijakannya, jadi saat kakinya naik ke pijakan kedua, dirinya yang saat ini menggunakan rok span ketat agak kesulitan dan roknya menjadi tertarik ke atas sehingga pahanya menjadi terbuka. Kejadian itu berulang lagi saat ia ke pijakan ketiga, bahkan jaraknya makin jauh sehingga pahanya makin terbuka lebih lebar. Mona mengutuk dalam hati, saat melirik Pak Mahmud yang dengan senyum mesumnya menikmati pahanya yang jenjang dan berkulit mulus bersih itu.
Melihat pemandangan indah ini, Pak Mahmud merasa nafasnya sesak sama sesaknya dengan penisnya yang jadi menegang. Sungguh indah bentuk paha gadis ini dan ia dengan bebas bisa melihat dari dekat, ingin rasanya mengelus paha montok nan mulus itu, tapi ia menahan diri. Ia menyerahkan lukisan ke Mona untuk dipasang, tapi karena nyantolinnya masih agak tinggi maka gadis itu harus memasangnya dengan mengangkat tangannya setinggi mungkin, ia tidak sadar bahwa karena gerakannya itu blusnya yang pendek ikut tertarik ke atas sehingga terlihat kulit pinggangnya yang ramping sampai ke perut di bawah dadanya.
Dengan sengaja Pak Mahmud menggoyangkan tangganya sehingga memperlama dirinya untuk bisa menikmati pemandangan pinggang berkulit mulus gadis itu. Setelah selesai terpasang, Mona menurunkan kaki kirinya ke pijakan kedua yang ternyata tanpa sepengetahuannya telah dilonggarkan pakunya. Sambil terus menikmati paha Mona yang terbuka kembali, Pak Mahmud bersiap-siap.
“Eiiihh…eiihh..” Mona menjerit kecil saat pijakannya lepas dan ia terjatuh ke belakang dan saat itu dengan sigap Pak Mahmud menangkapnya sehingga tidak sampai terjatuh lebih parah. Merah muka gadis itu karena satu tangan yang menahan dirinya memegang tepat ke pantatnya dan sepertinya ia merasa tangan itu sedikit meremasnya. Dengan cepat ia menjauhkan badannya dari “pelukan” Pak Mahmud yang mengambil kesempatan itu.
“Waduh, untung sempet saya pegangin mba nya, kalo ngga bisa berabe tuh..” ujar Pak Mahmud cengengesan yang masih menikmati hangatnya tubuh dan kenyalnya pantat Mona tadi walau sesaat tadi.
“Mmm..iya pak, makasih..udah kan pak ya..” tukas Mona sambil ngeloyor pergi dengan diikuti pandangan Mahmud yang menikmati gerakan pinggul gadis yang montok itu.
“Hmmm..tunggu aja ntar ya..lo bakal kena ama gua” pikir pria tambun setengah tua ini dalam hati. Sudah banyak planning yang kotor dan mesum darinya yang memang punya sedikit kelainan seks ini. Di dalam kamar, Mona masih sebel sama kejadian tadi. Sudah terlalu sering ia mendapat perlakukan atau kata-kata yang menjurus mesum dari bandot tua itu, tapi ia berusaha menahan diri mengingat bahwa tempat kost ini cukup murah dengan fasilitas yang ada juga ditambah lagi dengan lokasi yang di tengah kota dan dekat ke tempat kerja atau mau ke mana- mana. Maka ia memutuskan untuk tetap bertahan asalkan si mesum itu tidak terlalu kurang ajar. Bila ketemu pasti Mona merasa risih dan agak ngeri ngeliat mata Mahmud yang seperti menelanjangi sekujur tubuhnya, tapi terkadang selain ngeri dan risih gadis itu juga merasakan bangga dan senang karena kecantikan dan tubuhnya menjadi perhatian sampai seperti itu walau Mahmud bukan levelnya untuk bisa menikmati dirinya. Beberapa kali kalau berpapasan sama Mahmud dan berbincang- bincang, selalu saja tangannya tidak pernah diam menjamah, walau hanya menjamah pundak atau lengannya tetap saja gadis itu merasa risih karena sambil melakukan itu bapak kost itu merayu dengan kata-kata yang kampungan.
“Ahh..udahlah, ga penting juga..mendingan gua mandi” kata Mona dalam hati Sambil berkaca ia mulai melepas satu per satu kancing blusnya dan melepasnya sehingga bagian atasnya kini hanya tertutup BH biru muda yang susah payah berusaha menutupi payudara berukuran 34D itu. Dengan pinggang yang ramping, maka buah dada itu tampak sangat besar dan indah dan karena Mona rajin ke fitness makin tampak kencang dan padat. Sungguh merupakan idaman bagi semua laki- laki di dunia bagi yang dapat menikmatinya. Lalu ia melanjutkan dengan melepas rok span-nya ke bawah sehingga kini tubuh yang memiliki tinggi 168cm ini hanya ditutupi bra dan cd yang berwarna senada. Body yang akan membuat laki-laki rela untuk mati agar bisa mendapatkannya, memiliki kulit putih asia dan dihiasi dengan bulu-bulu halus nan lembut. Menjanjikan kehangatan dan kenikmatan dunia tiada tara. Mona melepas kaitan bra disusul dengan cd-nya yang segera dilemparkan ke ember tempat baju kotor. Ia memandang sejenak ke cermin, melihat payudaranya seperti “bernafas” setelah seharian dibungkus dengan bra. Gumpalan daging yang kenyal dan padat dengan puting berwarna coklat muda sungguh menggairahkan.
“Auuh…” gadis itu sedikit merintih atau tersentak saat ia memegang kedua putingnya, serasa ada aliran listrik menyengat lembut dan menimbulkan rasa sensasi geli pada kemaluannya yang tanpa sadar tangan kirinya turun ke arah vaginanya dan sedikit membelainya. Sambil senyum-senyum sendiri, gadis itu membayangkan dada telanjangnya dan membusung ini selalu menjadi sasaran remasan dari Roy pacarnya yang tidak penah bosan juga mengulum puting dan menciumi kulit payudaranya yang mulus dan harum itu. Tidak percuma ia setiap 3 hari sekali memberikan lulur pada tubuhnya, terutama pada payudaranya yang sampai sekarang memiliki aroma yang memabukkan walaupun dalam kondisi berkeringat. Mona menghela nafas panjang menahan gejolak birahi yang timbul, dan sekarang ia merasa ingin dilampiaskan. Padahal baru tadi malam ia berenang di lautan asmara yang menggelora dengan pacarnya. Ia merasa dirinya selalu saja haus akan belaian pacarnya, padahal hampir setiap ketemu mereka bercumbu dengan hot dan yang suka bikin ngiler adalah mengulum penis Roy sampe bisa keluar spermanya. Kini ia membayangkan ukuran penis Roy saja udah bikin deg- degan, ga sabar untuk ketemu dan mengemut-ngemut batang kemaluan yang kokoh itu.
“Huuuh..mending gua mandi aja deh, otak gua jadi kotor nih..” Selesai mandi, sedikit terusir pikiran-pikiran tadi karena sudah tersiram air dingin.
“Loh, kok ga bisa sih nih?” Mona sudah beberapa saat ngga bisa memutar kunci lemari bajunya, ia masih coba terus beberapa saat tapi masih ga bisa juga. “Duh, mesti minta tolong ama bandot itu dong” keluhnya Untungnya masih ada baju di keranjang yang belum sempat dimasukkan ke dalam lemari. Tapi setelah memilih-milih, di keranjang baju itu hanya ada underwear 2 pasang dan baju- baju khusus tidur yang tipis dan seksi serta baju dalaman sexy seperti tanktop dan rok mini yang mininya 20 cm dari lutut. Dari pada pakai baju tidur tipis ia memilih rok mini dan tank top yang rendah belahannya. Sebelum ke Pak Mahmud, Mona memilih untuk makan malam dulu di ruang makan bersama, sambil makan ia menyalakan tv dan duduk di ujung sofa.
“Ehh..mba Mona baru makan ya..bapak temenin ya, ga baik cewe seseksi kamu makan sendirian” tiba-tiba si bandot itu muncul, dan langsung menyantap paha Mona yang disilangkan itu, sungguh mulus, lalu ia duduk di samping gadis itu.
“Ia pak..sekalian makan pak… terus sama minta tolong kok lemari baju saya ga bisa dibuka yah?” pinta Mona sambil menggeser menjauh dan berusaha dengan sia-sia menarik turun rok mininya.
“buset tuh mataaaa…abis gua..” katanya dalam hati.
“Ooo gitu, nanti saya periksa deeeh…” “
Makasih ya pak”. Mona buru- buru nyelesaiin makannya, saat tiba-tiba ia merasa dadanya bagian putingnya terasa gatal. Awalnya berusaha ditahan saja tapi makin lama makin meningkat rasa gatalnya, dan bukan itu saja kini ia merasakan hal yang sama pada vaginanya. Ia masih berusaha menahan tapi sudah hampir tidak kuat, duduknya jadi gelisah dan ia berusaha menggoyangkan badannya agar rasa gatal itu hilang bergesekan dengan bahan bra-nya dan ia mempererat silangan kakinya. Tapi rasa gatalnya tidak berkurang, bahkan kini seluruh daging kenyal payudaranya terasa gatal.
“Ouuuhh..” akhirnya Mona tidak tahan dan ia menggaruk sedikit kedua payudaranya dengan tangannya, saat ia menggaruk terasa nyaman sekali karena gatalnya berkurang tapi sulit untuk berhenti menggaruk. Sambil memejamkan matanya karena keenakan menggaruk ia lupa ada Pak Mahmud di situ.
“Kenapa kamu? Kamu kegatelan yaah?” “Uuuhh…sssshh..ehm, i…iya pak..” terkejut Mona karena baru ingat ada si bandot di sampingnya, tapi ia terus menggaruk makin cepat dan karena tak tahan ia menggaruk juga ke pangkal pahanya..
“Uuuuuffh..ssshh…” aliran darah Mona berdesir cepat karena sensasi menggaruknya itu selain menghilangkan rasa gatal juga membuat birahinya tergelitik.
“per..permisi pak..uuffh..” sambil terus menggaruk ia mau bangkit dari kursi tapi rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya dia hanya terduduk kembali sambil terus menggaruk Sedetik ia melihat Mahmud hanya menonton dengan pandangan penuh nafsu setan ke dirinya yang terus menggaruk itu. Gadis itu mengutuk karena ia memberikan tontonan gratis kepada pria tua itu tanpa dapat mencegah. Gerakannya makin cepat dan tidak karuan karena kedua tangannya hanya bisa menggaruk – menggaruk bagian dari 3 bagian tubuhnya yang terserang itu, kini rok mininya sudah tersingkap semua karena ia harus menggaruk liang kemaluannya sehingga memperlihatkan kedua pahanya yang jenjang dan berkulit putih mulus itu. Gadis itu terus merintih-rintih karena kini rasa gatalnya sepertinya tidak bisa digaruk hanya dengan garukan yang masih terhalang kaos dan bh untuk kedua payudaranya dan celana dalam tipisnya untuk vaginanya, tubuhnya serasa lemas karena rasa gatal dan birahinya yang kini membuat vaginanya menjadi basah dan ia merasa putingnya mengeras.
“Misi pak…mau ke kamar dulu niiih..uuhh..” Kata Mona, tapi Pak Mahmud diam saja menghalangi jalan keluarnya. Rasanya ingin marah saja tapi rasa gatal itu menghalangi rasa marahnya. Karena akhirnya ia tidak tahan dan tidak bisa mencegah lagi, dengan serabutan dan cepat ia menarik tali tank topnya kebawah dan menarik turun branya sehingga kini buah dadanya telanjang yang segera ia menggaruk dengan cepat dua gunung indah itu terutama putingnya yang kini sudah mancung dan mengeras, kakinya bergerak blingsatan karena rasa gatal pada vaginanya makin menghebat. Pak Mamud tertawa dalam hati, ia menikmati melihat indahnya pemandangan di depannya itu, betapa buah dada Mona yang berbentuk bulat kencang itu tidak tertutup apapun serta baju Mona yang sudah tidak keruan. Senang ia melihat gadis yang cantik tapi sombong ini kini tampak tidak berdaya. Rencana awal ini berhasil dengan baik, yang ternyata ia telah mengganti kunci lemari baju Mona dan menaruh bubuk gatal pada pakaian dalam gadis itu dan sengaja memilihkan baju yang seksi tertinggal di luar lemari. Tangan Mona masih bergerak cepat berpindah-pindah mencoba menggaruk 3 bagian tubuh, makin lama makin menghebat dan dari mulutnya meracau tidak jelas. Dengan susah ia berusaha menggaruk vaginanya secara langsung tapi ia kesulitan karena harus menggaruk putingnya.
“Saya bantu ya sayang…” tanpa disuruh ia menarik turun celana dalam tipis Mona, sehingga sekarang terlihat “bibir” bawah tersebut yang dihiasi bulu-bulu halus. Tampak indah sekali dan menggairahkan.
“Nggeeh..ja..gan kurang ooouhh..”ia tidak dapat melanjutkan umpatannya karena ia menikmati garukan pada vaginanya walau ia harus berpindah lagi sambil merintih- rintih terus Ia terkejut sesaat ketika tangan Pak Mahmud mengelus-elus pahanya, tapi ia tidak bisa memperdulikannya lagi yang penting ia harus terus menggaruk. Dengan leluasa Pak Mahmud menjelajahi lekuk liku tubuh montok itu tanpa penolakan, kulit pahanya terasa lembut dan daging paha sintal itu terasa kenyal dan hangat dalam usapannya. Karena belaian- belaian yang dilakukannya ini membuat Mona makin menggelinjang karena kini birahinya sudah melonjak.
“Biar ini aku yang bantu yaah..” dengan sigap jari-jari tangannya hinggap di vagina Mona dan menggeseknya dengan liar.
“Ouuuuhh…ss..stoopp…aiiieh… iyaa…ouuhh” ngga jelas Mona mau ngomong apa, sedetik ia tahu vaginanya sedang diobok- obok oleh orang yang dia sebel, tapi ia tidak tau dan tidak berdaya karena rasa gatal dan nafsunya yang memuncak sehingga dia tidak mampu menolak perbuatan Mahmud. Kini ia fokus menggaruk payudaranya, tidak hanya digaruk tapi juga diremas-remas dan memuntir-muntir putingnya sendiri. Dengan leluasa Mahmud menggesek-gesek bagian tubuh yang paling rahasia milik gadis itu. Hampir 5 menit kini liang vagina itu sudah becek dan menimbulkan bunyi kecipak karena gerakan jari-jari Mahmud yang sudah ahli itu.
“aaahh..jgn dilepas..ohh…pak..” jerit Mona saat tangan Mahmud mengangkat tangannya dari vaginanya yg sudah basah itu dan malah “cuman” mengelus- elus pahanya dan meremas pantatnya.
“Kenapa sayang..? kamu mau aku untuk terus mengobok-obok memek kamu..?” tanya Mahmud.
“Ngeh..ngeh..iii yaaa paakk… ouufh..” diantara engahannya
“kamu yakin..??”
“uuhh…ngeh… sssh..” ia hanya mengangguk
“kamu mohon dong sama aku..paaak Mahmud sayang, tolong obok-obok memek saya… please saya mohon” Mendengar perintah itu, sekejap Mona merasa malu dan marah tapi segera terganti kebutuhan body-nya yang sudah terbakar birahi secara aneh itu. Ia berusaha untuk tidak mengucapkan itu dengan terus menggaruk, tapi ia tidak kuat..
“ouuh..ngeh..Pa..Pak Mahmud sssss….sayaaang, ooh..tol..long obok…obok me…nggeh…memek sayaaaa…pleeeeease… uuuff.. saya mohoooonn…” erang Mona.
“Tentu sayang…” Lalu dengan sigap jarinya menggerayangi bibir vagina Mona yang becek itu dan menggesek dengan cepat. Mona melenguh penuh nikmat sambil meregangkan badannya, lalu tersentak hebat saat jari itu menusuk masuk dan menemukan klitorisnya “Haaa..ternyata disitu yaaa…” dengan ahli ia memainkan jari itu pada g-spot tsb yang mengakibatkan Mona mendesah- desah. Gadis itu merasakan terbentuknya sensasi orgasme menanjak naik..
“Oouuhh…ja.nggaannn..” ia berusaha menahan dirinya, tapi gerakan jari Mahmud makin menggila dan terus menggila, ia sudah hampir tidak tahan. Sambil menggigit bibirnya dan memejamkan matanya ia berusaha menahan klimaksnya, tidak mengira bahwa dirinya dapat dibuat klimaks oleh Mahmud.
“Ouuuuuuhhhhhh…. aaaiiiieeeeeeeeeee…..” dengan teriakan panjang Mona mencapai puncaknya dan tubuhnya menggetar keras. Cairan makin deras membahasai liang vaginanya, ia menikmati setiap detik sensasi luar biasa itu. Tubuhnya makin lemas dan pandangannya nanar. Ia tak mampu menolak saat Mahmud menunduk dan mencium bibirnya yang tipis.
“mmmmmpphhh…..” Mona mengerang dan sulit menolak saat lidah Mahmud memasuki rongga mulutnya dan melilit-lilit lidahnya, bahkan tanpa sadar ia membalas ciuman itu. Sementara tangan Mahmud masih mengocok kencang dan gadis itu merasakan kembali orgasmenya mau menyeruak lagi..apalagi saat ciuman Mahmud berpindah mencium puting kirinya..
“Auukkh..ssttopp..ssssshh… ssshh..” tapi Mona malah membusungkan dadanya mempermudah Mahmud menikmati puting kerasnya. Kini rasa gatalnya sudah terganti dengan desakan nafu setan yang tidak pernah terpuaskan, tangannya yang bebas dituntun oleh Mahmud ke penisnya di balik sarungnya.
“oouuh..bes..bessar banget ppaakk..” gumam Mona tanpa sadar saat merasakan batang hangat yang berdenyut-denyut dalam genggamannya, ia melirik ke arah batang kemaluan Pak Mahmud yang ternyata lebih besar dibanding milik pacarnya, pikiran nafsunya tanpa sadar membayangkan apakah ia mampu untuk mengulum penis itu dalam mulutnya atau membayangkan bagaimana rasanya bila penis itu menyerang vaginanya. Dengan birahinya yang terus membara dan terus dijaga geloranya oleh Mahmud, Mona dengan suka rela mengocok-ngocok penis raksasa Pak Mahmud itu, ia sudah tidak ingat akan bencinya dia terhadap pria tua berumur 60 tahun itu. Mahmud mulai mendesah-desah keenakan di antara kulumannya pada kedua puting Mona.
bersambung... KLIK DISINI Selanjutnya
No comments:
Post a Comment